44 Dinkes Kab Defgh |
ULKUS
MULUT (STOMATITIS ARTOSA REKUENS,
STOMATITIS HERPES) |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Ulkus mulut atau stomatitis adalah luka yang
daerah mulut, ada dua jenis yaitu Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens
(SAR)
dan Stomatitis Herpes. Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut
tersering dan memiliki prevalensi sekitar 10 – 25% pada populasi.
Sebagianbesar kasus bersifat ringan, self-limiting, dan seringkali diabaikan
oleh pasien. Namun, SAR juga dapat merupakan gejala dari penyakit-penyakit
sistemik, seperti penyakit Crohn, penyakit Coeliac, malabsorbsi, anemia defisiensi
besi atau asam folat, defisiensi vitamin B12, atau HIV. Oleh karenanya,
peran dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama dalam mendiagnosis dan menatalaksana SAR sangat
penting. Stomatitis Herpesmerupakan inflamasi pada mukosa mulut akibat infeksi
virus Herpes simpleks tipe 1 (HSV 1). Penyakit ini cukup sering
ditemukan pada praktik
layanan tingkat pertama
sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan manifestasi dari kelainan
imunodefisiensi yang berat, misalnya HIV. Amat penting bagi para dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk dapat mendiagnosis dan
memberikan tatalaksana yang tepat dalam kasus stomatitis herpes. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien dengan ulkus mulut |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) 1.
Luka yang terasa nyeri
pada mukosa bukal, bibir bagian dalam, atau sisi lateral dan anterior lidah. 2.
Onset penyakit biasanya
dimulai pada usia kanak-kanak, paling sering pada usia remaja atau dewasa
muda, dan jarang pada usia lanjut. 3.
Frekuensi rekurensi
bervariasi, namun seringkali dalam interval yang cenderung reguler. 4.
Episode SAR yang
sebelumnya biasanya bersifat self-limiting. 5.
Pasien biasanya bukan
perokok atau tidak pernah merokok. 6.
Biasanya terdapat riwayat
penyakit yang sama di dalam keluarga. 7.
Pasien biasanya
secara umum sehat.
Namun, dapat pula ditemukan gejala-gejala seperti
diare, konstipasi, tinja berdarah, sakit perut berulang, lemas, atau pucat,
yang berkaitan dengan penyakit yang mendasari. 8.
Pada wanita, dapat timbul
saat menstruasi. Stomatitis Herpes 1. Luka pada bibir, lidah, gusi,
langit-langit, atau bukal, yang terasa nyeri. 2.
Kadang timbul bau mulut. 3. Dapat disertai rasa lemas (malaise), demam,
dan benjolan pada kelenjar limfe leher. 4.
Sering terjadi pada usia remaja atau dewasa. 5.
Terdapat dua jenis stomatitis herpes, yaitu: a. Stomatitis herpes primer, yang merupakan
episode tunggal. b. Stomatitis
herpes rekurens, bila
pasien telah mengalami beberapa kali penyakit serupa
sebelumnya. 6. Rekurensi dapat
dipicu oleh beberapa
faktor, seperti: demam, paparan sinar matahari, trauma,
dan kondisi imunosupresi seperti HIV, penggunaan
kortikosteroid sistemik, dan keganasan. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Sederhana (Objective) Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) Terdapat 3 tipe SAR, yaitu: minor, mayor, dan
herpetiform. Tabel Tampilan klinis ketiga tipe SAR Pemeriksaan fisik 1.
Tanda anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva) 2.
Pemeriksaan abdomen (distensi, hipertimpani, nyeri tekan) 3.
Tanda dehidrasi akibat diare berulang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan,
antara lain: 1.
Darah perifer lengkap 2. MCV,
MCH, dan MCHC Stomatitis Herpes Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan: 1. Lesi
berupa vesikel, berbentuk
seperti kubah, berbatas
tegas, berukuran 2 – 3 mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi dapat
bergabung satu sama lain. 2. Lokasi lesi dapat di bibir (herpes
labialis) sisi luar dan dalam, lidah, gingiva, palatum, atau bukal. 3.
Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis. 4.
Demam 5.
Pembesaran kelenjar limfe servikal 6.
Tanda-tanda penyakit imunodefisiensi yang mendasari Pemeriksaan penunjang Tidak mutlak dantidak rutin dilakukan. Penegakan Diagnosis (Assessment) Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) Diagnosis SAR dapat ditegakkan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan
adanya penyakit sistemik yang mendasari. Diagnosis Banding 1.
Herpes simpleks 2.
Sindrom Behcet 3.
Hand, foot, and mouth disease 4.
Liken planus 5.
Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn) 6.
Kanker mulut Stomatitis Herpes Diagnosis stomatitis herpes dapat ditegakkan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis banding: 1. SAR
tipe herpetiform 2. SAR
minor multipel 3.
Herpes zoster 4.
Sindrom Behcet 5.
Hand, foot, and mouth disease 6.
Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn) Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) Pengobatan yang dapat diberikan untuk
mengatasi SAR adalah: 1. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk
membersihkan rongga mulut. Penggunaan sebanyak 3 kali setelah makan, masing-
masing selama 1 menit. 2. Kortikosteroid topikal, seperti krim
triamcinolone acetonide 0,1% in ora base sebanyak 2 kali sehari setelah makan
dan membersihkan rongga mulut. Konseling dan Edukasi Pasien perlu menghindari trauma pada mukosa
mulut dan makanan atau zat dalam
makanan yang berpotensi menimbulkan SAR, misalnya: kripik, susu sapi, gluten,
asam benzoat, dan cuka. Kriteria Rujukan Dokter
di fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama
perlu merujuk ke layanan sekunder, bila ditemukan: 1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin
terkait penyakit sistemik yang mendasari, seperti: a. Lesi genital, kulit, atau mata b. Gangguan
gastrointestinal c.
Penurunan berat badan d. Rasa lemah e.
Batuk kronik f. Demam g. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali 2. Gejala dan tanda yang tidak khas, misalnya:
a. Onset pada usia dewasa akhir atau lanjut b. Perburukan dari aftosa c. Lesi
yang amat parah d. Tidak
adanya perbaikan dengan
tatalaksana kortikosteroid
topikal 3.
Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti: a. Kandidiasis b. Glositis c.
Perdarahan, bengkak, atau nekrosis pada gingiva d. Leukoplakia e.
Sarkoma Kaposi Stomatitis Herpes Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu: 1. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat
diberikan analgetik seperti Parasetamol atau Ibuprofen. Larutan kumur
chlorhexidine 0,2% juga memberi efek anestetik sehingga dapat membantu. 2.
Pilihan antivirus yang dapat diberikan, antara lain: a.
Acyclovir, diberikan per oral, dengan dosis: •
dewasa: 5 kali 200 – 400 mg per hari, selama 7 hari • anak: 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali
pemberian, selama 7 hari b.
Valacyclovir, diberikan per oral, dengan dosis: •
dewasa: 2 kali 1 – 2 g per hari, selama 1 hari • anak :
20 mg/kgBB/hari, dibagi
menjadi 5 kali pemberian, selama 7 hari c.
Famcyclovir, diberikan per oral, dengan dosis: • dewasa: 3 kali 250 mg per hari, selama 7 –
10 hari untuk episode tunggal3 kali 500 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk
tipe rekurens • anak : Belum
ada data mengenai
keamanan dan efektifitas
pemberiannya pada anak-anak Dokter
perlu memperhatikan fungsi
ginjal pasien sebelum memberikan obat-obat di atas. Dosis
perlu disesuaikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Pada kasus
stomatitis herpes akibat penyakit sistemik, harus dilakukan tatalaksana
definitif sesuai penyakit yang mendasari. Pencegahan rekurensi pada stomatitis herpes
rekurens Pencegahan rekurensi dimulai dengan
mengidentifikasi faktor-faktor pencetus dan selanjutnya melakukan
penghindaran. Faktor-faktor yang biasanya memicu stomatitis herpes rekurens,
antara lain trauma dan paparan sinar matahari. Peralatan 1. Kaca
mulut 2.
Lampu senter Prognosis 1. Ad
vitam : Bonam 2. Ad
functionam : Bonam 3. Ad
sanationam : Dubia |
||||||||
F. Diagram Alir |
Petugas mencuci tangan Dokter menegakkan diagnosa Stomatitis artosa rekuens memberikan obat Larutan kumur, kortikosteroid topikal Stomatitis herpes Ibuprofen atau parasetamol, larutan kumur Obat anti virus Memberikan edukasi ke pasien Petugas membereskan alat alat cuci
tangan dan dokumentasi Petugas memberi salam |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji
Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang
Pemeriksaan Umum |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J.Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment