Thursday, June 15, 2023

ULKUS MULUT

 

44

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

ULKUS MULUT

(STOMATITIS ARTOSA REKUENS, STOMATITIS HERPES)

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Ulkus mulut atau stomatitis adalah luka yang daerah mulut, ada dua jenis yaitu   Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) dan Stomatitis Herpes.

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut tersering dan memiliki prevalensi sekitar 10 – 25% pada populasi. Sebagianbesar kasus bersifat ringan, self-limiting, dan seringkali diabaikan oleh pasien. Namun, SAR juga dapat merupakan gejala dari penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit Crohn, penyakit Coeliac, malabsorbsi, anemia defisiensi besi atau asam folat, defisiensi vitamin B12, atau HIV. Oleh karenanya, peran  dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam mendiagnosis dan menatalaksana SAR sangat penting.

Stomatitis Herpesmerupakan inflamasi pada mukosa mulut akibat infeksi virus Herpes simpleks tipe 1 (HSV 1). Penyakit ini cukup sering ditemukan   pada   praktik   layanan   tingkat   pertama   sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan manifestasi dari kelainan imunodefisiensi yang berat, misalnya HIV. Amat penting bagi para dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk dapat mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat dalam kasus stomatitis herpes.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien dengan ulkus mulut

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Hasil Anamnesis (Subjective)

 

Keluhan

Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

1.    Luka yang terasa nyeri pada mukosa bukal, bibir bagian dalam, atau sisi lateral dan anterior lidah.

2.    Onset penyakit biasanya dimulai pada usia kanak-kanak, paling sering pada usia remaja atau dewasa muda, dan jarang pada usia lanjut.

3.    Frekuensi rekurensi bervariasi, namun seringkali dalam interval yang cenderung reguler.

4.    Episode SAR yang sebelumnya biasanya bersifat self-limiting.

5.    Pasien biasanya bukan perokok atau tidak pernah merokok.

6.    Biasanya terdapat riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga.

7.    Pasien   biasanya   secara   umum   sehat.   Namun,   dapat   pula ditemukan gejala-gejala seperti diare, konstipasi, tinja berdarah, sakit perut berulang, lemas, atau pucat, yang berkaitan dengan penyakit yang mendasari.

8.    Pada wanita, dapat timbul saat menstruasi.

 

Stomatitis Herpes

1. Luka pada bibir, lidah, gusi, langit-langit, atau bukal, yang terasa nyeri.

2.  Kadang timbul bau mulut.

3. Dapat disertai rasa lemas (malaise), demam, dan benjolan pada kelenjar limfe leher.

4.  Sering terjadi pada usia remaja atau dewasa.

5.  Terdapat dua jenis stomatitis herpes, yaitu:

a. Stomatitis herpes primer, yang merupakan episode tunggal.

b. Stomatitis  herpes  rekurens,  bila  pasien  telah  mengalami beberapa kali penyakit serupa sebelumnya.

6. Rekurensi  dapat  dipicu  oleh  beberapa  faktor,  seperti:  demam, paparan       sinar  matahari,  trauma,  dan  kondisi  imunosupresi seperti HIV, penggunaan kortikosteroid sistemik, dan keganasan.

 

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Terdapat 3 tipe SAR, yaitu: minor, mayor, dan herpetiform.

 

Tabel Tampilan klinis ketiga tipe SAR

 

 

Pemeriksaan fisik

1.  Tanda anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva)

2.  Pemeriksaan abdomen (distensi, hipertimpani, nyeri tekan)

3.  Tanda dehidrasi akibat diare berulang

 

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:

1.  Darah perifer lengkap

2.  MCV, MCH, dan MCHC

 

Stomatitis Herpes

 

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:

1. Lesi  berupa  vesikel,  berbentuk  seperti  kubah,  berbatas  tegas, berukuran 2 – 3 mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi dapat bergabung satu sama lain.

2. Lokasi lesi dapat di bibir (herpes labialis) sisi luar dan dalam, lidah, gingiva, palatum, atau bukal.

3.  Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis.

4.  Demam

5.  Pembesaran kelenjar limfe servikal

6.  Tanda-tanda penyakit imunodefisiensi yang mendasari

 

Pemeriksaan penunjang

Tidak mutlak dantidak rutin dilakukan.

 

Penegakan Diagnosis (Assessment)

 

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Diagnosis SAR dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dokter perlu mempertimbangkan kemungkinan adanya penyakit sistemik yang mendasari.

 

Diagnosis Banding

1.  Herpes simpleks

2.  Sindrom Behcet

3.  Hand, foot, and mouth disease

4.  Liken planus

5.  Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn)

6.  Kanker mulut

 

Stomatitis Herpes

Diagnosis stomatitis herpes dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

 

Diagnosis banding:

1.  SAR tipe herpetiform

2.  SAR minor multipel

3.  Herpes zoster

4.  Sindrom Behcet

5.  Hand, foot, and mouth disease

6.  Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn)

 

 

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

 

Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)

Pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi SAR adalah:

1. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk membersihkan rongga mulut. Penggunaan sebanyak 3 kali setelah makan, masing- masing selama 1 menit.

2. Kortikosteroid topikal, seperti krim triamcinolone acetonide 0,1% in ora base sebanyak 2 kali sehari setelah makan dan membersihkan rongga mulut.

 

Konseling dan Edukasi

Pasien perlu menghindari trauma pada mukosa mulut dan makanan atau   zat   dalam   makanan   yang   berpotensi   menimbulkan   SAR, misalnya: kripik, susu sapi, gluten, asam benzoat, dan cuka.

 

Kriteria Rujukan

Dokter  di  fasilitas  pelayanan  kesehatan  tingkat  pertama  perlu merujuk ke layanan sekunder, bila ditemukan:

1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang mendasari, seperti:

a. Lesi genital, kulit, atau mata b. Gangguan gastrointestinal

c.  Penurunan berat badan d. Rasa lemah

e.  Batuk kronik f.  Demam

g. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali

2. Gejala dan tanda yang tidak khas, misalnya: a. Onset pada usia dewasa akhir atau lanjut b. Perburukan dari aftosa

c.  Lesi yang amat parah

d. Tidak  adanya  perbaikan  dengan  tatalaksana  kortikosteroid topikal

3.  Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti:

a. Kandidiasis b. Glositis

c.  Perdarahan, bengkak, atau nekrosis pada gingiva d. Leukoplakia

e.  Sarkoma Kaposi

 

Stomatitis Herpes

 Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan analgetik seperti Parasetamol atau Ibuprofen. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga memberi efek anestetik sehingga dapat membantu.

2.  Pilihan antivirus yang dapat diberikan, antara lain:

a.   Acyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:

   dewasa: 5 kali 200 – 400 mg per hari, selama 7 hari

• anak: 20 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 5 kali pemberian, selama 7 hari

b.  Valacyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:

   dewasa: 2 kali 1 – 2 g per hari, selama 1 hari

   anak   :   20   mg/kgBB/hari,   dibagi   menjadi   5   kali pemberian, selama 7 hari

c.   Famcyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:

• dewasa: 3 kali 250 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk episode tunggal3 kali 500 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk tipe rekurens

• anak : Belum  ada  data  mengenai  keamanan  dan efektifitas pemberiannya pada anak-anak

Dokter  perlu  memperhatikan  fungsi  ginjal  pasien  sebelum memberikan obat-obat di atas. Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Pada kasus stomatitis herpes akibat penyakit sistemik, harus dilakukan tatalaksana definitif sesuai penyakit yang mendasari.

 

Pencegahan rekurensi pada stomatitis herpes rekurens

Pencegahan rekurensi dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor pencetus dan selanjutnya melakukan penghindaran. Faktor-faktor yang biasanya memicu stomatitis herpes rekurens, antara lain trauma dan paparan sinar matahari.

 

Peralatan

1.  Kaca mulut

2.  Lampu senter

 

Prognosis

1.    Ad vitam           : Bonam

2.    Ad functionam  : Bonam

3.    Ad sanationam : Dubia

F. Diagram Alir

Petugas mencuci tangan

Dokter menegakkan diagnosa

Stomatitis artosa rekuens memberikan obat

Larutan kumur, kortikosteroid topikal

Stomatitis herpes

Ibuprofen atau parasetamol, larutan kumur

Obat anti virus

Memberikan edukasi ke pasien

Petugas membereskan alat alat

 cuci tangan dan dokumentasi

Petugas memberi salam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

 Ruang Pemeriksaan Umum

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J.Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...