45 Dinkes Kab Defgh |
PAROTITIS |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Parotitis
adalah peradangan pada kelenjar parotis. Parotitis dapat disebabkan oleh
infeksi virus, infeksi bakteri, atau kelainan autoimun, dengan derajat
kelainan yang bervariasi dari ringan hingga berat. Salah satu infeksi virus
pada kelenjar parotis, yaitu parotitis mumps (gondongan) sering
ditemui pada layanan tingkat pertama dan berpotensi menimbulkan epidemi di
komunitas. Dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dapat berperan menanggulangi
parotitis mumps dengan melakukan diagnosis dan tatalaksana yang
adekuat serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap imunisasi, khususnya
MMR. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
parotitis |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) ·
Keluhan 1.
Parotitis mumps a. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah b. Bengkak berlangsung tiba-tiba c. Rasa nyeri pada area yang bengkak d. Onset akut, biasanya < 7 hari e. Gejala konstitusional: malaise, anoreksia, demam f. Biasanya bilateral, namun dapat pula unilateral 2.
Parotitis bakterial akut a. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah b. Bengkak berlangsung progresif c. Onset akut, biasanya < 7 hari d. Demam e. Rasa nyeri saat mengunyah 3.
Parotitis HIV a. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah b. Tidak disertai rasa nyeri c. Dapat pula bersifat asimtomatik 4.
Parotitis tuberkulosis a. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah b. Onset kronik c. Tidak disertai rasa nyeri d. Disertai gejala-gejala tuberkulosis lainnya e. Parotitis autoimun (Sjogren syndrome) f. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah g. Onset kronik atau rekurens h. Tidak disertai rasa nyeri i. Dapat unilateral atau bilateral j. Gejala-gejala Sjogren syndrome, misalnya mulut kering, mata
kering k. Penyebab parotitis lain telah disingkirkan · Faktor
Risiko 1. Anak berusia 2–12 tahun merupakan kelompok tersering menderita
parotitis mumps 2. Belum diimunisasi MMR 3. Pada kasus parotitis mumps, terdapat riwayat adanya penderita
yang sama sebelumnya di sekitar pasien 4. Kondisi imunodefisiensi Hasil
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) · Pemeriksaan
Fisik 1. Keadaan umum dapat bervariasi dari tampak sakit ringan hingga berat 2. Suhu meningkat pada kasus parotitis infeksi 3. Pada area preaurikuler (lokasi kelenjar parotis), terdapat: a. Edema b. Eritema c. Nyeri tekan (tidak ada pada kasus parotitis HIV, tuberkulosis, dan
autoimun) 4. Pada kasus parotitis bakterial akut, bila dilakukan masase kelanjar
parotis dari arah posterior ke anterior, nampak saliva purulen keluar dari
duktur parotis. · Pemeriksaan
Penunjang Pada
kebanyakan kasus parotitis, pemeriksaan penunjang biasanya tidak diperlukan.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menentukan etiologi pada kasus
parotitis bakterial atau parotitis akibat penyakit sistemik tertentu,
misalnya HIV, Sjogren syndrome, tuberculosis Penegakan
Diagnostik (Assessment) · Diagnosis
Klinis Diagnosis
parotitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. · Komplikasi
1. Parotitis mumps dapat menimbulkan komplikasi berupa:
Epididimitis, Orkitis, atau atrofi testis (pada laki-laki), Oovaritis (pada
perempuan), ketulian, Miokarditis, Tiroiditis, Pankreatitis, Ensefalitis,
Neuritis 2. Kerusakan permanen kelenjar parotis yang menyebabkan gangguan fungsi
sekresi saliva dan selanjutnya meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan
karies gigi. 3. Parotitis autoimun berhubungan dengan peningkatan insiden limfoma. Penatalaksanaan
Komprehensif (Plan) · Penatalaksanaan
1.
Parotitis mumps a.
Nonmedikamentosa •
Pasien perlu cukup beristirahat •
Hidrasi yang cukup •
Asupan nutrisi yang bergizi b.
Medikamentosa Pengobatan
bersifat simtomatik (antipiretik, analgetik) 2.
Parotitis bakterial akut a.
Nonmedikamentosa •
Pasien perlu cukup beristirahat •
Hidrasi yang cukup •
Asupan nutrisi yang bergizi b.
Medikamentosa •
Antibiotik •
Simtomatik (antipiretik, analgetik) 3. Parotitis akibat penyakit sistemik (HIV, tuberkulosis, Sjogren
syndrome) Tidak
dijelaskan dalam bagian ini. · Konseling
dan Edukasi 1. Penjelasan mengenai diagnosis, penyebab, dan rencana tatalaksana. 2. Penjelasan mengenai pentingnya menjaga kecukupan hidrasi dan higiene
oral. 3. Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang adekuat mengenai
pentingnya imunisasi MMR untuk mencegah epidemi parotitis mumps. · Kriteria
Rujukan 1.
Parotitis dengan komplikasi 2. Parotitis akibat kelainan sistemik, seperti HIV, tuberkulosis, dan Sjogren
syndrome. Prognosis 1. Ad vitam
: Bonam 2. Ad
functionam : Bonam 3. Ad
sanationam : Bonam Peralatan 1. Termometer 2. Kaca mulut |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji
Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang
Pemeriksaan Umum |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J.Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar