36 Dinkes Kab Defgh |
TONSILITIS
AKUT |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan jaringan limfoid yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba
Eustachius (lateral band dinding faring/ Gerlach’s tonsil).Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai10 tahun. Tonsilitis Akut
adalah radang akut tonsil, kuman penyebab tersering streptokokus b,
hemolitikus, streptokokus viridan S, dan streptokokus pyogenius. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien dengan
tonsilitis akut |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan 1.
Rasa kering di
tenggorokan sebagai gejala awal. 2.
Nyeri pada tenggorok,
terutama saat menelan. Rasa nyeri semakin lama semakin
bertambah sehingga anak
menjadi tidak mau makan. 3.
Nyeri dapat menyebar
sebagai referred pain ke telinga. 4.
Demam yang
dapat sangat tinggi
sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. 5.
Sakit kepala, badan lesu,
dan nafsu makan berkurang. 6.
Plummy voice / hot potato
voice: suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi
makanan panas. 7.
Mulut berbau (foetor ex
ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat
(ptialismus). 8.
Pada tonsilitis kronik,
pasien mengeluh ada
penghalang / 9.
mengganjal di tenggorok,
tenggorok terasa kering dan pernafasan berbau (halitosis). 10.
Pada Angina Plaut Vincent
(Stomatitis ulseromembranosa) gejala 11.
yang timbul adalah demam
tinggi (39°C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorokan, badan
lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Faktor Risiko 1. Faktor
usia, terutama pada anak. 2. Penurunan
daya tahan tubuh. 3. Rangsangan
menahun (misalnya rokok, makanan tertentu). 4. Higiene
rongga mulut yang kurang baik. 5. Riwayat
alergi Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik 1. Tonsilitis
akut: a. Tonsil
hipertrofik dengan ukuran = T2. b.
Hiperemis dan terdapat
detritus di dalam
kripti yang memenuhi permukaan
tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Bentuk tonsillitis
akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan
terjadi tonsilitis lakunaris. c. Bercak
detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembran)
yang menutupi ruang antara kedua tonsil sehingga tampak menyempit. Temuan ini
mengarahkan pada diagnosis banding tonsilitis difteri. d. Palatum
mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. e. Kelenjar
limfe leher dapat membesar dan disertai nyeri tekan. 2. Tonsilitis
kronik: a. Tampak tonsil membesar dengan permukaan
yang tidak rata, kriptus melebar dan berisi detritus. b. Pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil
yang mengalami perlengketan. 3. Tonsilitis
difteri: a. Tampak tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas b. Tampak
pseudomembran yang melekat erat pada dasar tonsil sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan
orofaring, dengan mengukur jarak antara
kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil,
maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi: 1. T0: tonsil sudah diangkat. 2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak
pilar anterior uvula. 3. T2:
25-50% volume tonsil
dibandingkan dengan volume orofaringatau batas medial tonsil
melewati ¼ jarak pilar anterior- uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula. 4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula
sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula. 5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan
volume orofaring atau batas medial tonsilmelewati ¾ jarak pilar
anterior-uvula sampai uvula atau lebih. Pemeriksaan Penunjang: bila diperlukan 1. Darah
lengkap 2. Swab
tonsil untukpemeriksaan mikroskop
dengan pewarnaanGram Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan untuk diagnosis definitif dengan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis Banding Infiltrat tonsil, limfoma, tumor tonsil Komplikasi 1.
Komplikasi lokal a. Abses
peritonsil (Quinsy) b. Abses
parafaringeal c. Otitis
media akut d.
Rinosinusitis 2. Komplikasi
sistemik a.
Glomerulonephritis b.
Miokarditis c. Demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 6. Istirahat cukup 7. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan
yang mengiritasi 8. Menjaga kebersihan mulut 9. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur
antiseptik 10. Pemberian obat oral sistemik a. Tonsilitis viral. Istirahat, minum cukup, analgetika / antipiretik
(misalnya, Paracetamol), dan antivirus diberikan bila gejala berat. Antivirus
Metisoprinol diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi
dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun
diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. b. Tonsilitis
bakteri Bila diduga penyebabnya Streptococcus group A,
diberikan antibiotik yaitu Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis
tunggal atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari
dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari.
Selain antibiotik juga diberikan
Kortikosteroid karena steroid
telah terbukti menunjukkan
perbaikan klinis yang dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat
diberikan berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada
anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3
hari. Analgetik / antipiretik, misalnya Paracetamol dapat diberikan. c.
Tonsilitis difteri Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu
hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis
kelamin. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari. Antipiretik
untuk simptomatis dan pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di
tempat tidur selama 2-3 minggu. d. Angina
Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) Antibiotik spektrum luas diberikan selama 1 minggu,
dan pemberian vitamin C serta vitamin B kompleks. Indikasi dan Kontraindikasi Tonsilektomi Menurut
Health Technology Assessment
Kemenkes tahun 2004, indikasi tonsilektomi, yaitu: Indikasi Tonsilektomi Indikasi Absolut 1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi
saluran nafas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar 2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan
pengobatan medis dan drainase 3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam 4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi Indikasi Relatif 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per
tahun dengan terapi antibiotik adekuat 2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak
membaik dengan pemberian terapi medis 3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik laktamase resisten. Kontraindikasi relatif tonsilektomi: 1. Gangguan
perdarahan 2. Risiko anestesi
atau penyakit sistemik yang berat 3. Anemia Konseling dan Edukasi Memberitahu individu dan keluarga untuk: 1.
Menghindari pencetus,
termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi 2.
Melakukan pengobatan yang
adekuat karena risiko kekambuhan cukup tinggi. 3.
Menjaga daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur. 4.
Berhenti merokok. 5.
Selalu menjaga kebersihan
mulut. 6.
Mencuci tangan secara
teratur. Rencana Tindak Lanjut Memberikan laporan ke dinas kesehatan setempat jika
terdapat kasus tonsilitis difteri. Kriteria Rujukan Segera rujuk jika terjadi: 1. Komplikasi tonsilitisakut: abses peritonsiler, septikemia,meningitis,
glomerulonephritis, demam rematik akut. 2. Adanya
indikasi tonsilektomi. 3. Pasien
dengan tonsilitis difteri. Peralatan 1. Lampu kepala 2. Spatula lidah 3. Lidi kapas 4. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah
lengkap 5. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan
mikrobiologi dengan pewarnaan Gram Prognosis 1. Ad vitam : Bonam 2. Ad functionam
: Bonam 3. Ad sanationam
: Bonam |
||||||||
F. Diagram Alir |
PASIEN DATANG DILAKUKAN ANAMNESIS Keluhan : nyeri tenggorokan / saat menelan,
demam, nyeri telinga / sendi PEMERIKSAAN FISIK : -
Tonsil
membengkak, hiperemis, detritus tertutup membrane -
Nyeri
tekan kelenjar sub mandibula -
Bila
curiga tonsillitis difteri -
Ada
sumbatan jalan nafas -
Tonsillitis
kronis Terapi diet lunak Paracetamol jika demam Antibiotik kortikosteroid PASIEN DIRUJUK PASIEN PULANG |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar