37 Dinkes Kab Defgh |
LARINGITIS
AKUT |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, atau jamur. Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan
suara yang berlebihan, pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada
pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia juga dapat
menyebabkan laringitis. Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3
bulan hingga 3 tahun, dan biasanya disertai inflamasi pada trakea dan bronkus
dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh
virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RSV,
dan virus campak. Selain itu, M. pneumonia juga dapat menyebabkan croup. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
laringitis akut |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan 1.
Pasien datang dengan keluhan
suara serak atau
hilang suara (afonia). 2. Gejala
lokal seperti suara parau, seperti suara yang kasar atau suara yang susah
keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal
bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). Hal ini terjadi karena
gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan
kanan. 3. Sesak
nafas dan stridor. 4. Nyeri
tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau berbicara. 5. Gejala
radang umum, seperti demam, malaise. 6. Batuk
kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental. 7. Gejala
common cold, seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38o C. 8. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring
diikuti edema subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas berbunyi, air hunger,
sesak semakin bertambah berat. 9. Laringitis
kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari,
biasanya tenggorokan terasa
sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri
tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga
dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin. Faktor Risiko 1. Penggunaan
suara yang berlebihan. 2. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok
dan minum- minuman alkohol. 3. Adanya
refluks laringofaringeal, bronkitis, dan pneumonia. 4. Rhinitis alergi. 5. Perubahan
suhu yang tiba-tiba. 6.
Malnutrisi. 7. Keadaan
menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik Laringoskopi indirek (khusus untuk pasien dewasa): 1. Pada pemeriksaan fisik
akan tampak mukosa
laring yang hiperemis dan
membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara. 2. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung
atau sinus paranasal. 3. Pada laringitis kronik,
dapat ditemukan nodul,
ulkus dan penebalan mukosa
pita suara. Pemeriksaan Penunjang (bila diperlukan) 1. Foto
rontgen soft tissue
leher AP lateral:
bisa tampakpembengkakan jaringan
subglotis (Steeple sign). Tanda iniditemukan pada 50% kasus. 2. Foto toraks AP. 3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap. Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Klasifikasi: 1. Laringitis
Akut Laringitis akut adalah radang akut laring, dapat
disebabkan oleh virus dan bakteri. Keluhan berlangsung <3 minggu dan pada
umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza
(tipe 1,2,3), rhinovirusdan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamellacatarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus,
dan Streptococcuspneumoniae. 2. Laringitis
Kronik Laringitis
kronik dapat terjadi
setelah laringitis akut
yang berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh sinusitis kronis,
deviasi septum berat, polip hidung, bronkitis kronik, refluks laringofaring,
merokok, pajanan terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol
berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak
signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring. Mungkin juga
disebabkan penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau
bicara keras. 3. Laringitis
Kronik Spesifik a. Laringitis
tuberkulosa Penyakit ini disebabkan tuberkulosis paru. Setelah
diobati, biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis tuberculosis
menetap (membutuhkan pengobatan yang lebih lama), karena struktur mukosa
laring sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi tidak sebaik paru. Terdapat 4 stadium: • Stadium
Infiltrasi Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian
posterior), dan pucat. Terbentuk
tuberkel di daerah
submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan.
Tuberkel membesar, menyatu sehingga
mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul
ulkus. • Stadium
Ulserasi Ulkus
membesar, dangkal, dasarnya
ditutupi perkejuan dan terasa
nyeri oleh pasien • Stadium
Perikondritis Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, paling
sering terkena kartilago aritenoid, dan epiglottis. Terbentuk nanah yang
berbau sampai terbentuk sekuester. Pada stadium ini keadaan pasien buruk dan
dapat meninggal. Bila bertahan maka berlanjut ke stadium akhir yaitu stadium
fibrotuberkulosis • Stadium
Fibrotuberkulosis Terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
pita suara, dan subglotik. b. Laringitis
luetika Radang menahun ini jarang ditemukan. Diagnosis
Banding Benda
asing pada laring,
Faringitis, Bronkiolitis, Bronkitis, Pneumonia, Tumor pada laring,
Kelumpuhan pita suara Komplikasi Obstruksi jalan napas atas, Pneumonia, Bronkhitis Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 1.
Non-medikamentosa a. Istirahat
suara (vocal rest). b.
Rehabilitasi suara (voice therapy), bila diperlukan. c. Meningkatkan asupan cairan. d. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan
pemasangan pipa endotrakea, atau trakeostomi. 2.
Medikamentosa a.
Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan analgetik. b. Pemberian
antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru dan bila penyebab berupa
Streptokokus grup A ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang
dapat digunakan yaitu golongan Penisilin. c. Proton
Pump Inhibitor pada
laringitis yang disebabkan
oleh refluks laringofaringeal. d.
Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat. e. Laringitis tuberkulosis: obat
antituberkulosis. f.
Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi. Rencana Tindak
Lanjut Pemeriksaan
laringoskopi indirek kembali
untuk memeriksa perbaikan
organ laring. Konseling dan Edukasi Memberitahu pasien dan keluarga untuk: 1. Menjaga
daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur. 2.
Menghentikan merokok. 3.
Mengistirahatkan pasien berbicara
dan bersuara atau
tidak bersuara berlebihan. 4.
Menghindari makanan yang mengiritasi atau meningkatkan asam lambung. Kriteria Rujukan Indikasi rawat rumah sakit apabila: 1. Terdapat
tanda sumbatan jalan nafas atas. 2. Usia
penderita dibawah 3 tahun. 3. Tampak
toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted. 4. Ada
kecurigaan tumor laring. Prognosis 1. Ad vitam : Bonam 2. Ad functionam : Bonam 3. Ad sanationam : Bonam Peralatan 1. Lampu
kepala 2. Kaca
laring 3. Kassa
steril 4. Lampu
spiritus |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar