Thursday, June 15, 2023

FARINGITIS AKUT

 

35

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

FARINGITIS AKUT

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Faringitis  merupakan  peradangan  dinding  faring  yang  disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain- lain.Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya.

Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influensa (Rinofaringitis).

Penyebab : virus yang menyerang jaringan limfoid faring.

Faktor pencetus atau yang memperberat iritasi makanan yang merangsang.

Infeksi sekunder dapat terjadi oleh berbagai kuman seperti : golongan streptokokus, stafilokokus, influensa dan kuman anaerob.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan faringitis akut

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Hasil Anamnesis (Subjective)

 

Keluhan

1.  Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan

2.  Demam

3.  Sekret dari hidung

4.  Dapat disertai atau tanpa batuk

5.  Nyeri kepala

6.  Mual

5.  Muntah

6.  Rasa lemah pada seluruh tubuh

7.  Nafsu makan berkurang

 

Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:

1.    Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.

2.    Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali terdapat pembesaran KGB leher.

3.    Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

4.    Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.

5.    Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.

6.    Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan pengobatan bakterial non spesifik.

7.    Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.

 

Faktor Risiko

1.    Usia 3 – 14 tahun.

2.    Menurunnya daya tahan tubuh.

3.    Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring

4.    Gizi kurang

5.    Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.

6.    Paparan udara yang dingin.

 

 

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

 

Pemeriksaan Fisik

1.    Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat       (virus       influenza,       coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

2.    Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring       dan    tonsil    hiperemis    dan    terdapat    eksudat    di permukaannya.   Beberapa    hari    kemudian    timbul    bercak petechiaepada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.

3.    Faringitis   fungal,   pada   pemeriksaan   tampak   plak   putih   di orofaring dan pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.

4.    Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan  tampak mukosa  dinding  posterior  tidak  rata  dan bergranular (cobble stone).

5.    Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring

6.    ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

7.    Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring

8.    Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:

a.  Stadium primer

Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk  bercak  keputihan.  Bila  infeksi  berlanjut  timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula

b.  Stadium sekunder

Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema yang menjalar ke arah laring.

c.  Stadium tersier

Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.

 

 

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap.

2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.

3. Pada  dugaan  adanya  infeksi  jamur,  dapat  dilakukan  dengan pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.

 

 

Penegakan Diagnostik (Assessment)

 

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

 

Klasifikasi faringitis

1.  Faringitis Akut

a.  Faringitis Viral

Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-lain. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.

b.  Faringitis Bakterial

Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).

Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :

  Demam

  Anterior Cervical lymphadenopathy

  Eksudat tonsil

  Tidak ada batuk

Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus group A.

c.  Faringitis Fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

d.  Faringitis Gonorea

 Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital

2.  Faringitis Kronik

a.  Faringitis Kronik Hiperplastik

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.

b.  Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis  kronik  atrofi  sering  timbul  bersamaan  dengan rhinitis  atrofi.  Pada  rhinitis  atrofi,  udara  pernafasan  tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

3.  Faringitis Spesifik

a.  Faringitis Tuberkulosis

Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. b.  Faringitis Luetika

Treponema  palidum  dapat  menimbulkan  infeksi  di  daerah faring,  seperti  juga  penyakit  lues  di  organ  lain.  Gambaran klinik tergantung stadium penyakitnya.

 

Komplikasi

Tonsilitis, Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal, Gangguan fungsi tuba Eustachius, Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis, Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, Septikemia

 

 

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

 

Penatalaksanaan

1.    Istirahat cukup

2.    Minum air putih yang cukup

3.    Berkumur dengan  air  yang  hangat  dan  berkumur  dengan  obat kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik  hiperplastik  terapi  lokal  dengan  melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan Nitras Argentin

25%

4.    Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan dosis  60-100  mg/kgBB  dibagi  dalam  4-6  x/hari  pada  orang dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari

5.    Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya Streptococcus   group   A,   diberikan   antibiotik   Amoksisilin   50mg/kgBB dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa3x500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.

6.    Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3, seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.

7.    Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.

8.    Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.

9.    Analgetik-antipiretik

10. Selain  antibiotik,  Kortikosteroid  juga  diberikan  untuk  menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang diberikan dapat berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.

 

Konseling dan Edukasi

 

Memberitahu pasien dan keluarga untuk:

1.   Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.

2.   Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.

3.   Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.

4.  Selalu menjaga higiene mulut dan tangan

 

 

Kriteria Rujukan

1.  Faringitis luetika

2.  Bila terjadi komplikasi

F. Diagram Alir

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

Ruang Pemeriksaan Umum.

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J. Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...