Thursday, June 15, 2023

SOP VERTIGO (BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO)

 

7

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

VERTIGO (BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO)

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:

1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.

2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanvertigo (benign paroxysmal positional vertigo)

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

a.    Petugas memanggil pasien yang telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat,

b.    Petugas melakukan anamnesa pada pasien,

c.    Petugas menanyakan pada pasien: apakah ada rasa pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang. Menanyakan:

1.              Bentuk serangan vertigo:

a. Pusing berputar

b. Rasa goyang atau melayang

2.              Sifat serangan vertigo:

a. Periodik

b. Kontinu

c. Ringan atau berat

3.              Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:

a. Perubahan gerakan kepala atau posisi

b. Situasi: keramaian dan emosional

c. Suara

4.              Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:

a. Mual, muntah, keringat dingin

b. Gejala otonom berat atau ringan

5.    Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli

6.    Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, kemoterapi

7.Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment

8. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung

9. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris

d. Petugas melakukan pemeriksaan:

1.    Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.

2.    Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI, XII.

3.    Motorik: apakah ada kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).

4.    Sensorik: apakah ada gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).

Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurologi):

·    Tes nistagmus:

Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer, bidireksional, sentral.

·    Tes Romberg:

Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan

kelainan pada serebelum. Jika saat mata terbuka pasien tidak jatuh, tapi saat mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada sistem vestibuler atau proprioseptif (Tes Romberg positif).

·    Tes Romberg dipertajam (sharpen Romberg/tandem Romberg):

Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.

·    Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.

·    Tes Fukuda(Fukuda stepping test), dianggap abnormal jika saat berjalan ditempat selama 1 menit dengan mata tertutup terjadi deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter.

Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.

e.  Petugas merencanakan pemeriksaan penunjang sesuai dengan etiologi jika diperlukan.

f.    Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis.

g.  Petugas memberi penatalaksanaan:

1.    Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode BrandDaroff.

2.    Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke

sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.

3.    Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan:

a.  Antihistamin

·    Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.

·       Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):

- Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.

h.    Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa diperlukan pemantauan untuk mencari penyebabnya kemudian dilakukan tatalaksana sesuai penyebab serta mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.

i.      Petugas mempertimbangkan kriteria rujukan:

1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.

2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi farmakologik dan non farmakologik.

·    Petugas mencatat semua yang dilakukan pada RM.

F. Diagram Alir

Petugas menulis pada RM

Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

Petugas memberikan konseling dan edukasi

 

 

Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan pada pasien

Petugas memanggil pasien yang telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat

 

 


Petugas memberi tatalaksana farmakologi maupun non farmakologi

 

 


Petugas mempertimbangkan kriteria rujukan

 

 

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

Ruang Pemeriksaan Umum.

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J. Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...