6 Dinkes Kab Defgh |
BELL’S
PALSY |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Bells’palsy adalah paralisis fasialis idiopatik,
merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis unilateral. Bells’
palsy merupakan kejadian akut, unilateral, paralisis saraf fasial type
LMN (perifer), yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpenderita bells’ palsy dengan baik
dan benar |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
PENATALAKSANAAN · Karena
prognosis pasien dengan Bells’ palsy umumnya baik, pengobatan masih
kontroversi. Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf
fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf. · Pengobatan
dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset. · Hal
penting yang perlu diperhatikan: a. Pengobatan
inisial 1. Steroid
dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’
palsy (American Academy Neurology/AAN, 2011). 2. Steroid
kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial,
jika diberikan pada onset awal (ANN, 2012). 3. Kortikosteroid
(Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan
bertahap total selama 10 hari. 4. Antiviral:
asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari.
Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari. b. Lindungi
mata Perawatan
mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang hari) dapat
mencegah corneal exposure. c. Fisioterapi
atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan menurunkan sequele. RENCANA TINDAK LANJUT Pemeriksaan
kembali fungsi nervus facialis untuk memantau perbaikan setelah pengobatan. KRITERIA RUJUKAN a. Bila
dicurigai kelainan supranuklear b. Tidak
menunjukkan perbaikan |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar