2 Dinkes Kab Defgh |
TETANUS
NEONATORUM |
Puskesmas Abcde |
||
SOP |
Nomor |
: |
||
Terbit ke |
: 01 |
|||
No.Revisi |
: 00 |
|||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
|||
Halaman |
: 1 / 2 |
|||
PUSKESMAS ABCD |
ttd |
Nama Kapus NIP.0000000000 |
A. Pengertian |
Tetanus adalah
penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin
adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan
spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Spasme
hamper selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang menyebabkan penutupan
rahang (trismus, lockjaw), serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas,
tetapi juga otot-otot batang tubuh. Tetanus neonatorum
terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat. Gejala
ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan
spasme. Secara global hampir 14% penyebab kematian
neonatus adalah tetanus
neonatorum. Tetanus neonatorum bertanggung jawab terhadap 50% kematian neonatus yang disebabkan oleh penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan
imunisasi dan atau pelayanan persalinan dan pasca persalinan yang bersih.
Beberapa penelitian komunitas di awal tahun 1970 dan 1980 di Negara Amerika Latin dan
beberapa Negara berkembang menunjukkan kematian neonatal antara <5 sampai
60 kasus per 1000 kelahiran hidup. Di beberapa negara berkembang
kematian tetanus neonatorum merupakan
23-72% dari total kematian neonatal. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaantetanus
neonatorum. |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis ( Subjective ) Keluhan Gejala klinis timbul setelah toksin mencapai
susunan saraf. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-10 hari. Trismus
akibat spasme otot masseter ditemukan pada lebih dari separuh penderita,
diikuti kekauan otot leher, kesulitan menelan dan mulut mencucu seperti mulut
ikan. Spasme otot punggung dan otot perut. Spasme dapat terjadi spontan atau
terhadap rangsangan dengan frekuensi yang bervariasi. Kesadaran masih intak. Anamnesis
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
spesifik untuk tetanus neonatorum. Diagnosis utamanya ditegakkan dengan
adanya gejala klinis seperti trismus, disfagia, kekakuan otot (muscular
rigidity). Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Diagnosis Banding Semua penyebab kejang neonatus seperti
Kongenital (cerebral anomalies ), perinatal (komplikasi persalinan,
trauma perinatal & atau perdarahan intracranial) dan postnatal
(Intervensi & gangguan metabolik) Komplikasi Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan
pneumonia aspirasi, Long bone fractures PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN) Eradikasi kuman Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau
providon iodin. Antibiotik
n< 28 hari tiap
12 jam 28 hari tiap 8 jam
• UG > 37 minggu < 7 hari tiap
12 jam 7 hari tiap 8 jam
Interval • Usia < 28
hari tiap 12 jam • Usia > 28
hari tiap 8 jam Pemberian dosis
rumatan UG < 37 minggu
24 jam setelah loading dose UG > 37 minggu
12 jam setelah loading dose
Bila ada
sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50 mg/kg/dosis UG < 30 minggu - <28 hari tiap
12 jam - >28 hari tiap
8 jam UG > 30 minggu < 14 hari tiap
12 jam - > 14 hari
tiap 8 jam Netralisasi toksin
Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme
otot Diazepam 20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5%
menggunakan syringe pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk menghindari
efek pengendapan obat diazepam. Hati-hati terjadi henti napas dalam
pemberiannya. Bila diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap
tidak teratasi dianjurkan pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05- 0,1
mg/kgBB/kali dan penggunaan ventilator mekanik. Terapi suportif a. Pemberian oksigen b. Pembersihan jalan nafas c. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori Imunisasi Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai
dengan jadwal imunisasi diberikan pada saat penderita pulang. Konseling dan Edukasi :
Prognosis
3. Ad
Sanationam : dubia |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu
diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
1.
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis
perubahan |
1.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar