Thursday, June 15, 2023

SOP TETANUS NEONATORUM

 

2

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

TETANUS NEONATORUM

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

PUSKESMAS

ABCD

  

ttd

 

Nama Kapus

NIP.0000000000

 

A. Pengertian

Tetanus adalah penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Spasme hamper selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang menyebabkan penutupan rahang (trismus, lockjaw), serta melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh.

Tetanus neonatorum terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat. Gejala ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan spasme.

Secara global hampir 14% penyebab kematian neonatus adalah tetanus   neonatorum.   Tetanus   neonatorum   bertanggung   jawab terhadap 50% kematian   neonatus yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan imunisasi dan atau pelayanan persalinan dan pasca persalinan yang bersih. Beberapa penelitian komunitas di awal tahun

1970 dan 1980 di Negara Amerika Latin dan beberapa Negara berkembang menunjukkan kematian neonatal antara <5 sampai 60 kasus per 1000 kelahiran hidup. Di beberapa negara berkembang kematian   tetanus   neonatorum   merupakan   23-72%   dari   total kematian neonatal.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaantetanus neonatorum.

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Hasil Anamnesis ( Subjective )

Keluhan

Gejala klinis timbul setelah toksin mencapai susunan saraf. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-10 hari. Trismus akibat spasme otot masseter ditemukan pada lebih dari separuh penderita, diikuti kekauan otot leher, kesulitan menelan dan mulut mencucu seperti mulut ikan. Spasme otot punggung dan otot perut. Spasme dapat terjadi spontan atau terhadap rangsangan dengan frekuensi yang bervariasi. Kesadaran masih intak.

 

Anamnesis

  1. Penolong persalinan apakah tenaga medis/paramedis/non medis/dukun bayi
  2. Telah mendapat pelatihan atau belum
  3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
  4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali pusat
  5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama kehamilan
  6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period)
  7. Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak dapat menetek dengan gejala spasme pertama (period of onset)

 

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

  1. Kesadaran intak
  2. Trismus
  3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
  4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
  5. Kejang

 

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk tetanus neonatorum. Diagnosis utamanya ditegakkan dengan adanya gejala klinis seperti trismus, disfagia, kekakuan otot (muscular rigidity).

 

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.

 

Diagnosis Banding

Semua penyebab kejang neonatus seperti Kongenital (cerebral anomalies ), perinatal (komplikasi persalinan, trauma perinatal & atau perdarahan intracranial) dan postnatal (Intervensi & gangguan metabolik)

 

Komplikasi

Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan pneumonia aspirasi, Long bone fractures

 

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)

Eradikasi kuman

Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau providon iodin.

 

Antibiotik

  1. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam, atau
  2. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau • Usia gestasi (UG) < 37 minggu

n< 28 hari tiap 12 jam

28 hari tiap 8 jam • UG > 37 minggu

< 7 hari tiap 12 jam

7 hari tiap 8 jam

  1. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis, selanjutnya 7,5mg/kg/dosis, atau

Interval

• Usia < 28 hari tiap 12 jam

• Usia > 28 hari tiap 8 jam

Pemberian dosis rumatan

UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose

UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose

  1. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam

Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50 mg/kg/dosis

UG < 30 minggu

- <28 hari tiap 12 jam

- >28 hari tiap 8 jam

UG > 30 minggu

< 14 hari tiap 12 jam

- > 14 hari tiap 8 jam

 

Netralisasi toksin

  1. ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM, setengahnya IV, dilakukan uji kulit lebih dahulu.
  2. Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-6000 IU IM

 

Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme otot Diazepam 20-40 mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5% menggunakan syringe pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk menghindari efek pengendapan obat diazepam. Hati-hati terjadi henti napas dalam pemberiannya. Bila diazepam telah mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak teratasi dianjurkan pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05- 0,1 mg/kgBB/kali dan penggunaan ventilator mekanik.

 

Terapi suportif

a. Pemberian oksigen

b. Pembersihan jalan nafas

c. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori

 

Imunisasi

Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi diberikan pada saat penderita pulang.

 

Konseling dan Edukasi :

  1. Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan menjaga proses persalinan tetap aseptic termasuk pada saat pemotongan tali pusat.
  2. Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus Toksoid 0,5 ml dengan jarak penyuntikan 2 bulan dapat mencegah terjadinya penyakit tetanus neonatroum.

Prognosis

  1. Ad Vitam : dubia
  2. Ad Functionam : dubia

3. Ad Sanationam : dubia

F. Diagram Alir

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

Ruang Pemeriksaan Umum.

I. Dokumen terkait

1.       Rekam Medis

Catatan tindakan

J. Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

1.   

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...