1 |
KEJANG
DEMAM |
Puskesmas Abcde |
||
SOP |
Nomor |
: |
||
Terbit ke |
: 01 |
|||
No.Revisi |
: 00 |
|||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
|||
Halaman |
: 1 / 2 |
|||
PUSKESMAS ABCD |
ttd |
Nama Kapus NIP.0000000000 |
A. Pengertian |
Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C) akibat dari suatu
proses ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak
disebabkan infeksi intrakranial atau penyebab lain seperti trauma kepala,
gangguan kesimbangan elektrolit, hipoksia atau hipoglikemia. |
|||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan kejang
demam |
|||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
|||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
|||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan utama adalah kejang Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan
penyakit sampai terjadinya kejang. Perlu deskripsi kejang seperti tipe
kejang, lama, frekuensi dan kesadaran pasca kejang. kemudian mencari
kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Umumnya kejang demam
terjadi pada anak dan berlangsung pada permulaan demam akut. Sebagian besar
berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada
tanda-tanda neurologi post iktal. Penting untuk ditanyakan riwayat kejang
sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala
infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang. Riwayat kejang
demam dalam keluarga juga perlu ditanyakan. Faktor Risiko 1. Demam
•
Infeksi saluran pernafasan •
Infeksi saluran pencernaan •
Infeksi THT •
Infeksi saluran kencing •
Roseola infantum/infeksi virus akut lain. •
Paska imunisasi
•
75% dari anak dengan demam ≥ 390C •
25% dari anak dengan demam > 400C 2. Usia
3. Gen
Hasil Pemeriksaan
Fisik dan Penunjang (Objective) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dimulai dengan tanda-tanda
vital dan kesadaran. Pada kejang demam tidak ditemukan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan umum ditujukan untuk mencari tanda-tanda infeksi penyebab demam.
Pemeriksaan neurologi meliputi kepala, ubun-ubun besar, tanda rangsang
meningeal, pupil, saraf kranial, motrik, tonus otot, refleks fisiologis dan
patologis. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang lebih ditujukan untuk
mencari penyebab demam. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : 1.
Pemeriksaan hematologi rutin dan urin rutin 2.
Pemeriksaan lain atas indikasi : glukosa,
elektrolit, pungsi lumbal. Penegakan Diagnostik(Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
a.
Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik. b.
Durasi < 15 menit c.
Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
a.
Kejang fokal atau fokal menjadi umum. b.
Durasi > 15 menit c.
Kejang berulang dalam 24 jam. Diagnosis Banding
Komplikasi dan prognosis Kejang demam suatu kondis yang jinak/benign,
tidak menyebabkan kematian. Sebagian besar akan menghilang pada usia 5-6
tahun. Faktor risiko epilepsi di kemudian hari tergantung dari: (1) kejang
demam kompleks, (2) riwayat epilepsi dalam keluarga, (3) terdapat defisit
neurologis. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 1.
Keluarga pasien diberikan informasi
selengkapnya mengenai kejang demam dan prognosisnya. 2.
Farmakoterapi ditujukan untuk tatalaksana
kejang akut dan tatalaksana profilaksis untuk mencegah kejang berulang. 3.
Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejang
akut adalah dengan: a.
Diazepam per rektal (0,5mg/kgBB) atau BB <
10 kg diazepam rektal 5 mg , BB > 10 kg diazepam rektal 10 mg, atau
lorazepam (0,1 mg/kg) harus segera diberikan jika akses intravena tidak dapat
diperoleh dengan mudah. Jika akses intravena telah diperoleh diazepam lebih
baik diberikan intravena dibandingkan rektal. Dosis pemberian IV 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan maksimum pemberian 20 mg. Jika kejang belum berhenti
diazepam rektal/IV dapat diberikan 2 kali dengan interval 5 menit. Lorazepam
intravena, setara efektivitasnya dengan diazepam intravena dengan efek
samping yang lebih minimal (termasuk depresi pernapasan) dalam pengobatan
kejang akut. b.
Jika dengan 2 kali pemberian diazepam
rektal/intravena masih terdapat kejang dapat diberikan fenitoin IV dengan
dosis inisial 20 mg/kgBB, diencerkan dalam NaCl 0,9% dengan pengenceran 10 mg
fenitoin dalam 1 ml NaCl 0,9%, dengan kecepatan pemberian 1mg/kgBB/menit,
maksimum 50 mg/menit, dosis inisial maksimum adalah 1000 mg. Jika dengan
fenitoin masih terdapat kejang, dapat diberikan fenobarbital IV dengan dosis
inisial 20 mg/kgBB, tanpa pengenceran dengan kecepatan pemberian 20 mg/menit.
Jika kejang berhenti dengan fenitoin maka lanjutkan dengan pemberian rumatan
12 jam kemudian dengan dosis 5-7 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis. Jika kejang
berhenti dengan fenobarbital, maka lanjutkan dengan pemberian rumatan 12 jam
kemudian denagn dosis 4-6 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis. 4.
Pemberian farmakoterapi untuk profilaksis
untuk mencegah berulangnya kejang di kemudian hari. a.
Profilaksis intermiten dengan diazepam
oral/rektal, dosis 0,3 mg/kgBB/kali tiap 8 jam, hanya diberikan selama
episode demam, terutama dalam waktu 24 jam setelah timbulnya demam. b.
Profilaksis kontinyu dengan fenobarbital dosis
4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis atau asam valproat dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis. Profilaksis hanya diberikan pada kasus-kasus
tertentu seperti kejang demam dengan status epileptikus, terdapat defisit
neurologis yang nyata seperti cerebral palsy. Profilaksis diberikan
selama 1 tahun.
Indikasi EEG Tidak terdapat indikasi pemeriksaan EEG pada
kejang demam, kecuali jika ditemukan keragu-raguan apakah ada demam sebelum
kejang. Indikasi pencitraan (CT-scan/MRI kepala) Pemeriksaan pencitraan hanya dilakukan jika
terdapat kejang demam yang bersifat fokal atau ditemukan defisit neurologi
pada pemeriksaan fisik. Konseling dan Edukasi Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu
pihak keluarga mengatasi pengalaman menegangkan akibat kejang demam dengan
memberikan informasi mengenai :
Kriteria Rujukan
Peralatan Tabung
oksigen dan kelengkapannya, infus set, diazepam rektal/intravena, lorazepam,
fenitoin IV, fenobarbital IV, NaCl 0,9%. |
|||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
|||||||||
G. Hal-hal yang perlu
diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
|||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
|||||||||
I. Dokumen terkait |
1.
Rekam Medis Catatan tindakan |
|||||||||
J. Rekaman historis
perubahan |
1.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar