15 Dinkes Kab Defgh |
HORDEOLUM |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Hordeolum adalah
peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya merupakan infeksi Staphylococcus
pada kelenjar sebasea kelopak. Dikenal dua bentuk hordeolum internum dan
eksternum. Hordolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus.Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis
dan konjungtivitis menahun. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan Hordeolum |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
1. Petugas mempersiapkan alat pemeriksaan berupa
tensimeter, stetoskop, senter, dan set bedah minor 2. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien. Keluhan
yang ditemukan kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah
dan nyeri bila ditekan, serta perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada
kelopak mata. 3. Melakukan pemeriksaan fisik dasar dan penunjang
oftalmologis. 4. Menemukan hasil pemeriksaan berupa kelopak mata
bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal
rambut (hordeolum eksternum). Apabila sudah terjadi abses dapat timbul undulasi. 5. Melakukan penegakan diagnosis dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. 6. Menentukan diagnosis banding yang berupa selulitis
preseptal, kalazion, granuloma piogenik. 7. Memberikan penatalaksanaan berupa : a) mengompres mata dengan air hangat 4-6 kali sehari selama
15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan
mata tertutup. b) Membersihkan kelopak mata denga air atau sabun atau
sampu yang tidak iritatif. c) Tidak menusuk hordeolum. d) Menghindari make-up pada mata. e) Tidak memakai lensa kontak. f)
Dan memberikan obat
berupa Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 8 jam.
Apabila menggunakan kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam. g) Bila perlu, memberikan terapi oral sistemik
erithromisin 500 mg pada dewasa dan anak sesuai berat badan atau diklosasilin
4x sehari selama 3 hari. 8. Memberikan konseling dan edukasi berupa hordeolum
dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga
higiene dan kebersihan lingkungan. 9. Merencanakan tindak lanjut berupa Bila dengan
pengobatan konservatif tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. 10. Mempertimbangkan merujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjut apabila tidak ada respon dengan pengobatan konservatif dan
hordeolum berulang |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar