29 Dinkes Kab Defgh |
RHINITIS
ALERGIKA |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Rhinitis
alergika adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
oleh alergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
rhinitis alergika |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan keluarnya ingus
encer dari hidung (rinorea), bersin, hidung tersumbat dan rasa gatal pada
hidung (trias alergi) Bersin merupakan gejala khas, biasanya terjadi
berulang, terutama pada pagi hari. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap
patologik dan perlu dicurigai adanya rhinitis alergi dan ini menandakan
reaksi alergi fase cepat. Gejala lain berupa mata gatal dan banyak air mata. Faktor Risiko a. Adanya
riwayat atopi. b. Lingkungan
dengan kelembaban yang tinggi merupakan faktor risiko untuk untuk tumbuhnya
jamur, sehingga dapat timbul gejala alergis. c. Terpaparnya
debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Sederhana Pemeriksaan Fisik a. Perhatikan
adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggosok hidung dengan
tangannya karena gatal. b. Wajah
1. Allergic
shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan
berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung 2. Nasal
crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang
melalui setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas
dengan tangan. 3. Mulut
sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid). c. Pada
pemeriksaan faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti
gambaran peta (geographic tongue). d. Pada
pemeriksaan rinoskopi: 1. Mukosa
edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya
sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan
dengan sinusitis. 2. Pada
rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya
deviasi atau perforasi septum. 3. Pada
rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat juga
ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau hipertropik.
Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konka tidak akan menyusut,
sedangkan edema konka akan menyusut. e. Pada
kulit kemungkinan terdapat dermatitis atopi. Pemeriksaan
Penunjang Bila diperlukan dan dapat dilakukan di layanan
primer. a. Hitung
eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung b. Pemeriksaan
Ig E total serum c. Pemeriksaan
feses untuk mendeteksi kecacingan Penegakan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic
Rhinitis and it’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi dibagi
berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi: a. Intermiten,
yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. b. Persisten,
yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/atau lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit,
rhinitis alergi dibagi menjadi: a. Ringan,
yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. b. Sedang
atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di
atas. Diagnosis Banding a. Rhinitis
vasomotor b. Rhinitis
akut Komplikasi a. Polip
hidung b. Sinusitis
paranasal c. Otitis
media Penatalaksanaan Komprehensif Penatalaksanaan a. Menghindari
alergen spesifik b. Pemeliharaan
dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui berkhasiat dalam menurunkan
gejala alergis c. Terapi
topikal dapat dengan dekongestan hidung topikal melalui semprot hidung. Obat
yang biasa digunakan adalah oxymetazolin atau xylometazolin, namun hanya bila
hidung sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari (< 2 minggu) untuk
menghindari rhinitis medikamentosa. Preparat kortikosteroid dipilih bila
gejala sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak dapat diatasi dengan
obat lain. Obat yang sering dipakai
adalah kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid,flunisolid,
flutikason, mometason furoat dan triamsinolon d. Preparat
antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida yang bermanfaat untuk
mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi reseptor kolinergik pada
permukaan sel efektor. e. Terapi
oral sistemik 1. Antihistamin
• Anti
histamin generasi 1: difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin. • Anti
histamin generasi 2: loratadin, cetirizine 2. Preparat
simpatomimetik golongan agonis alfa dapat dipakai sebagai dekongestan hidung
oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin. Dekongestan oral:
pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin. f. Terapi
lainnya dapat berupa operasi terutama bila terdapat kelainan anatomi, selain
itu dapat juga dengan imunoterapi. Konseling dan
Edukasi Memberitahu individu dan keluarga untuk: a. Menyingkirkan
faktor penyebab yang dicurigai (alergen). b. Menghindari
suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin. c. Selalu
menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani. Hal ini dapat menurunkan gejala
alergi. Pemeriksaan penunjang lanjutan Bila diperlukan, dilakukan: a. Uji
kulit atau Prick Test, digunakan untuk menentukan alergen penyebab
rhinitis alergi pada pasien. b. Pemeriksaan
radiologi dengan foto sinus paranasal. |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment