Thursday, June 15, 2023

RHINITIS ALERGIKA

 

29

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

RHINITIS ALERGIKA

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Rhinitis alergika adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi oleh alergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan rhinitis alergika

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Hasil Anamnesis (Subjective)

 

Keluhan

Pasien datang dengan keluhan keluarnya ingus encer dari hidung (rinorea), bersin, hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung (trias alergi)

Bersin merupakan gejala khas, biasanya terjadi berulang, terutama pada pagi hari. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap patologik dan perlu dicurigai adanya rhinitis alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat. Gejala lain berupa mata gatal dan banyak air mata.

 

Faktor Risiko

a.    Adanya riwayat atopi.

b.    Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi merupakan faktor risiko untuk untuk tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul gejala alergis.

c.     Terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi.

 

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana

Pemeriksaan Fisik

a.    Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggosok hidung dengan tangannya karena gatal.

b.    Wajah

1.    Allergic shiners yaitu dark circles di sekitar mata dan berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung

2.    Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan tangan.

3.    Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).

c.     Pada pemeriksaan faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).

d.    Pada pemeriksaan rinoskopi:

1.    Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya sekret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis.

2.    Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat adanya deviasi atau perforasi septum.

3.    Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi konka tidak akan menyusut, sedangkan edema konka akan menyusut.

e.    Pada kulit kemungkinan terdapat dermatitis atopi.

 

Pemeriksaan Penunjang

Bila diperlukan dan dapat dilakukan di layanan primer.

a.    Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung

b.    Pemeriksaan Ig E total serum

c.     Pemeriksaan feses untuk mendeteksi kecacingan

 

Penegakan Diagnosis

 

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

Rekomendasi dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and it’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi:

a.    Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.

b.    Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/atau lebih dari 4 minggu.

 

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:

a.    Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.

b.    Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

 

Diagnosis Banding

a.    Rhinitis vasomotor

b.    Rhinitis akut

 

Komplikasi

a.    Polip hidung

b.    Sinusitis paranasal

c.     Otitis media

Penatalaksanaan Komprehensif

Penatalaksanaan

a.    Menghindari alergen spesifik

b.    Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui berkhasiat dalam menurunkan gejala alergis

c.     Terapi topikal dapat dengan dekongestan hidung topikal melalui semprot hidung. Obat yang biasa digunakan adalah oxymetazolin atau xylometazolin, namun hanya bila hidung sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari (< 2 minggu) untuk menghindari rhinitis medikamentosa. Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala sumbatan hidung akibat respons fase lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain. Obat yang  sering dipakai adalah kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid,flunisolid, flutikason, mometason furoat dan triamsinolon

d.    Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida yang bermanfaat untuk mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.

e.    Terapi oral sistemik

1.    Antihistamin

• Anti histamin generasi 1: difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin.

• Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine

2.    Preparat simpatomimetik golongan agonis alfa dapat dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin. Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.

f.      Terapi lainnya dapat berupa operasi terutama bila terdapat kelainan anatomi, selain itu dapat juga dengan imunoterapi.

 

Konseling dan Edukasi

Memberitahu individu dan keluarga untuk:

a.    Menyingkirkan faktor penyebab yang dicurigai (alergen).

b.    Menghindari suhu ekstrim panas maupun ekstrim dingin.

c.     Selalu menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani. Hal ini dapat menurunkan gejala alergi.

 

Pemeriksaan penunjang lanjutan

Bila diperlukan, dilakukan:

a.    Uji kulit atau Prick Test, digunakan untuk menentukan alergen penyebab rhinitis alergi pada pasien.

b.    Pemeriksaan radiologi dengan foto sinus paranasal.

 

F. Diagram Alir

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

Ruang Pemeriksaan Umum.

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J. Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...