28 Dinkes Kab Defgh |
RHINITIS
AKUT |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa
hidung yang berlangsung akut (< 12 minggu). Hal ini dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, ataupun iritan. Radang sering ditemukan karena
manifestasi dari rhinitis simpleks (common cold), influenza, penyakit
eksantem (seperti morbili, variola,varicella, pertusis), penyakit spesifik,
serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
rhinitis akut |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Anamnesis (Subjective) Keluhan Pasien datang dengan keluhan keluar ingus dari
hidung (rinorea), hidung tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung.
a. Rhinitis
simpleks: gejala berupa rasa panas di daerah belakang hidung pada awalnya,
lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang
berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan. Pada infeksi
bakteri ingus menjadi mukopurulen, biasanya diikuti juga dengan gejala
sistemik seperti demam, malaise dan sakit kepala. b. Rhinitis
influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot. c. Rhinitis
eksantematous: gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau ruam muncul. d. Rhinitis
iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin. e. Rhinitis
difteria: gejala berupa demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin
ada paralisis otot pernafasan. Pemeriksaan
Fisik a. Dapat
ditemukan adanya demam. b. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit, terdapat sekret
serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan hiperemis. c. Pada
rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah. Membran keabu-abuan
tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket
dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan a. Istirahat
yang cukup. b. Mengkonsumsi
makanan dan minuman yang sehat. c. Rhinitis
akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah
kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih
bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal dekongestan
disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi khusus tidak diperlukan kecuali
bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik
perlu diberikan. 1. Antipiretik
dapat diberikan parasetamol. 2. Dekongestan
oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien merasa lebih
nyaman, seperti pseudoefedrin, fenilpropanolamin, atau fenilefrin. 3. Antibiotik
diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin, eritromisin,
cefadroxil. 4. Pada
rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan
antitoksin difteri. Konseling dan
Edukasi Memberitahu individu dan keluarga untuk: a. Menjaga
tubuh selalu dalam keadaan sehat dengan begitu dapat terbentuknya sistem
imunitas yang optimal yang dapat melindungi tubuh dari serangan zat-zat
asing. b. Lebih
sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh wajah. c. Menutup
mulut ketika batuk dan bersin. d. Mengikuti
program imunisasi lengkap, seperti vaksinasi influenza, vaksinasi MMR untuk
mencegah terjadinya rhinitis eksantematous. |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar