Jumat, 16 Juni 2023

PNEUMONIA, BRONKOPNEUMONIA

 

40

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

PNEUMONIA, BRONKOPNEUMONIA

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Pneumonia adalah peradangan/inflamasi parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, sertamenimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll). Pneumonia yang dimaksud di sini tidak termasuk dengan pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak  balita,  meninggal  setiap  tahun  akibat  pneumonia,  sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% dan 10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%), dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%) berdasarkan RISKESDAS 2013.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpneumonia dan bronkopneumonia

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

a.    Peralatan

1)    Termometer

2)    Tensimeter

3)    Pulse oxymeter (jika fasilitas tersedia)

4)    Pemeriksaan pewarnaan gram

5)    Pemeriksaan darah rutin

6)    Radiologi (jika fasilitas tersedia)

7)    Oksigen

b.    Langkah – Langkah

1)        Melakukan Anamnesa

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan :

a)    Demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40°C

b)    Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

c)    Sesak napas

d)    Nyeri dada

2)        Melakukan Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana

Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.

·            Inspeksi : dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas

·            Palpasi : fremitus dapat mengeras pada bagian yang sakit

·            Perkusi : redup di bagian yang sakit

·            Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

Pemeriksaan Penunjang

·       Pewarnaan gram

·       Pemeriksaan lekosit

·       Pemeriksaan foto toraks jika fasilitas tersedia

·       Kultur sputum jika fasilitas tersedia

3)        Melakukan Penegakan Diagnostik

Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:

·       Batuk-batuk bertambah

·       Perubahan karakteristik dahak / purulen

·       Suhu tubuh > 38°C (aksila) / riwayat demam

·       Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial danronki

·       Leukosit > 10.000 atau < 4500

4)        Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik.

5)    Pengobatan suportif / simptomatik

a)      Istirahat di tempat tidur

b)      Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

c)       Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas

d)      Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

6)    Terapi definitif dengan pemberian antibiotik yang harus diberikan kurang dari 8 jam.

  1. Penatalaksaan Pasien Rawat Jalan

1)    Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak ada risiko kebal obat :

·       Makrolid: azitromisin, klaritromisin atau eritromisin (rekomendasi kuat)

·       Doksisiklin (rekomendasi lemah)

2)    Terdapat komorbid seperti penyakit jantung kronik, paru, hati atau penyakit ginjal, diabetes mellitus, alkoholisme, keganasan, kondisi imunosupresif atau penggunaan obat imunosupresif, antibiotik lebih dari 3 bulan atau faktor risiko lain infeksi pneumonia :

·       Florokuinolon respirasi : moksifloksasisn, atau levofloksasin (750 mg) (rekomendasi kuat)

·       β-lactam + makrolid : Amoksisilin dosis tinggi (1 gram, 3x1/hari) atau amoksisilin-klavulanat (2 gram, 2x1/hari) (rekomendasi kuat). Alternatif obat lainnya termasuk ceftriakson, cefpodoxime dan cefuroxime (500 mg, 2x1/hari), doksisiklin

  1. Pasien perawatan, tanpa rawat ICU

1)    Florokuinolon respirasi (rekomendasi kuat)

2)    β-laktam+makrolid (rekomendasi kuat), Agen β-laktam termasuk sefotaksim, seftriakson, dan ampisilin; ertapenem untuk pasien tertentu; dengan doksisiklin sebagai alternatif untuk makrolid.

Florokuinolon respirasi sebaikanya digunakan untuk pasien alergi penisilin.

  1. Melakukan Konseling dan Edukasi

1)    Edukasi

Edukasi diberikan kepada individu dan keluarga mengenai pencegahan infeksi berulang, pola hidup sehat termasuk tidak merokok dan sanitasi lingkungan.

2)    Pencegahan

Vaksinasi influenza dan pneumokokal, terutama bagi golongan risiko tinggi (orang usia lanjut atau penderita penyakit kronis).

  1. Melakukan Kriteria Rujukan

1)    Kriteria CURB

(Conciousness, kadar Ureum, Respiratory rate>30 x/menit, tekanan darah: sistolik<90 mmHg dan diastolik <60 mmHg; masing masing bila ada kelainan bernilai 1).

Dirujuk bila total nilai 2.

2)    Kriteria PORT (patient outcome research team)

  1. Melakukan Dokumentasi

F. Diagram Alir

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

 Ruang Pemeriksaan Umum

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J.Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar