39 Dinkes Kab Defgh |
BRONKITIS AKUT |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke
paru-paru). Radang dapat berupa hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis
berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2
tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain.
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: infeksi virus,
infeksi bakteri, rokok dan asap rokok, paparan terhadap iritasi, bahan-bahan
yang mengeluarkan polusi, penyakit gastrofaringeal refluk dan pekerja yang terekspos
dengan debu atau asap. Bronkitis akut dapat dijumpai pada semua umur, namun
paling sering didiagnosis pada anak-anak muda dari 5 tahun, sedangkan
bronkitis kronis lebih umum pada orang tua dari 50 tahun. Bronkhitis akut
sebenarnya merupakan bronkopneumonia yang lebih ringan, penyebabnya dapat
virus, mikoplasma atau bakteri. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
bronkitis akut |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan 1. Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2-3
minggu. 2. Dahak
dapat berwarna jernih,
putih, kekuning-kuningan atau kehijauan. 2. Demam (biasanya ringan) 3. Rasa berat dan tidak nyaman di dada. 4. Sesak nafas. 5. Sering ditemukan bunyi nafas mengi atau “ngik”,
terutama setelah batuk. 6. Bila iritasi saluran terjadi, maka dapat terjadi
batuk darah. Faktor Risiko:- Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan paru dapat ditemukan: Inspeksi
: Pasien tampak
kurus dengan barrel
shape chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
Palpasi : fremitus taktil dada normal Perkusi : sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru
hati lebih rendah Auskultasi : suara nafas vesikuler atau
bronkovesikuler, dengan ekpirasi panjang, terdapat ronki basah kasar yang
tidak tetap (dapat hilang
atau pindah setelah
batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi
hingga mengi) dan krepitasi. Pemeriksaan Penunjang 1.
Pemeriksaan sputum
dengan pengecatan Gram
akan banyak didapat leukosit
PMN dan mungkin pula bakteri. 2.
Foto thoraks
pada bronkitis kronis
memperlihatkan tubular
shadow berupa bayangan
garis-garis yang paralel
keluar dari hilus menuju apex
paru dan corakan paru yang bertambah. 3.
Tes fungsi paru dapat
memperlihatkan obstruksi jalan napas yang reversibel dengan menggunakan
bronkodilator. Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang. Diagnosis Banding 1. Epiglotitis, yaitu
suatu infeksi pada
epiglotis, yang bisa menyebabkan penyumbatan saluran
pernafasan. 2. Bronkiolitis, yaitu
suatu peradangan pada
bronkiolus (saluran udara yang
merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan
oleh infeksi virus. 3. Influenza,
yaitu penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah
yang diperoleh dari menghirup virus influenza. 4. Sinusitis,
yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga yang terletak disampig kanan
- kiri dan diatas hidung. 5. PPOK,
yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parsial. 6. Faringitis,
yaitu suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang disebabkan oleh virus
atau bakteri. 7. Asma,
yaitu suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada
paru dimana terdapat peradangan (inflamasi)
dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran
nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. 8.
Bronkiektasis, yaitu suatu
perusakan dan pelebaran
(dilatasi)abnormal dari saluran pernafasan yang besar. Komplikasi 1.
Bronkopneumoni. 2. Pneumonia. 3. Pleuritis. 4.
Penyakit-penyakit lain yang diperberat seperti:jantung. 5. Penyakit
jantung rematik. 6.
Hipertensi. 7.
Bronkiektasis Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 1.
Memperbaiki kemampuan
penderita mengatasi gejala-gejala tidak hanya pada fase akut, tapi juga pada
fase kronik, serta dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
pola kehidupannya. 2.
Mengurangi laju
perkembangan penyakit apabila dapat dideteksi lebih awal. 3.
Oksigenasi pasien harus
memadai. 4.
Istirahat yang cukup. 5.
Pemberian obat antitusif
(penekan batuk): Kodein (obat Doveri) dapat diberikan 10
mg, diminum 3
x/hari, bekerja dengan menekan batuk pada pusat
batuk di otak.
Antitusif tidak dianjurkan pada
kehamilan, ibu menyusui dan anak usia 6 tahun ke bawah.
Pada penderita bronkitis
akut yang disertai
sesak napas, pemberian antitusif perlu umpan balik dari penderita.
Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan. 6.
Pemberian ekspektoran
(obat batuk pengencer dahak) yang lazim digunakan diantaranya: GG
(Glyceryl Guaiacolate), bromheksin,
ambroksol, dan lain-lain. 7.
Antipiretik (pereda
panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan jika penderita
demam. 8.
Bronkodilator (melonggarkan napas),
diantaranya: salbutamol,
terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini
digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas,
sehingga obat ini tidak hanya untuk obat asma, tetapi dapat juga
untukbronkitis. Efek samping obat bronkodilator perlu diketahui pasien,
yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. 9.
Antibiotika hanya
digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman
berdasarkan pemeriksaan dokter. Antibiotik yang dapat diberikan antara
lain: ampisilin, eritromisin, atau spiramisin, 3 x 500 mg/hari. 10.
Terapi lanjutan: jika
terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling
sedikit 1 minggu. Bronkodilator juga dapat diberikan
jika diperlukan. Rencana Tindak Lanjut Pasien kontrol kembali setelah obat habis, dengan
tujuan untuk: 1.
Mengevaluasi modifikasi gaya hidup. 2. Mengevaluasi
terapi yang diberikan, ada atau tidak efek samping dari terapi. Konseling dan Edukasi Memberikan saran agar keluarga dapat: 1.
Mendukung perbaikan kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan pola kehidupannya. 2. Memotivasi
pasien untuk menghindari
merokok, menghindari iritan
lainnya yang dapat
terhirup, mengontrol suhu
dan kelembaban lingkungan,
nutrisi yang baik,
dan cairan yang adekuat. 3.
Mengidentifikasigejala efek
samping obat, seperti
bronkodilator dapat menimbulkan berdebar, lemas, gemetar dan keringat
dingin. Kriteria Rujukan Pada pasien
dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah sakit yang memadai untuk
monitor secara intensif dan konsultasi ke spesialis terkait. Peralatan Oksigen Prognosis Prognosis umumnya dubia ad bonam. |
||||||||
F. Diagram Alir |
PASIEN
DATANG DILAKUKAN ANAMNESIS Keluhan
: batuk kering / dahak, demam 3-5 hari, sesak nafas, nyeri dada PEMERIKSAAN FISIK : -
Suara
dasar vasikular -
Ronki
kasar -
Leukositosis
TERAPI - Berikan Paracetamol jika demam - Berikan Dextrometorpan bila batuk kering - Berikan Ekstpektoran bila batuk dahak - Antibiotic : kotri, eritromicin, amoxcilin - Edukasi PASIEN PULANG |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar