Thursday, June 15, 2023

HIPERTENSI ESENSIAL

 

42

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

HIPERTENSI ESENSIAL

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum mendapat pengobatan, maupun  yang  telah  mendapat  terapi  tetapi  target  tekanan  darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan hipertensi esensial

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Anamnesis

Keluhan

Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain:

1. Sakit atau nyeri kepala

2. Gelisah

3. Jantung berdebar-debar

4. Pusing

5. Leher kaku

6. Penglihatan kabur

7. Rasa sakit di dada

Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)

2. Konsumsi alkohol berlebihan

3. Aktivitas fisik kurang

4. Kebiasaan merokok

5. Obesitas

6. Dislipidemia

7. Diabetus Melitus

8. Psikososial dan stres

 

Pemeriksaan Fisik

1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain.

2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.

3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki).

 

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Tabel 6.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VIII (JNC VIII) Klasifikasi

TD Sistolik

TD Diastolik

Normal

< 120 mmHg

< 80 mm Hg

Pre-Hipertensi

120-139 mmHg

80-89 mmHg

Hipertensi stage -1

140-159 mmHg

80-99 mmHg

Hipertensi stage -2

≥ 160 mmHg

≥ 100 mmHg

 

Penatalaksanaan

Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.

1. Hipertensi tanpa compelling indication

a. Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5- 50 mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.

b. Hipertensi stage2

Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.

c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari

Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai

2. Kondisi khusus lain

 a. Lanjut Usia

 i.Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.

ii.Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.

 

b. Kehamilan i. Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator.

ii. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama kehamilan.

 

Komplikasi

1. Hipertrofi ventrikel kiri

2. Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal

3. Aterosklerosis pembuluh darah

4. Retinopati

5. Stroke atau TIA

6. Gangguan jantung, misalnya infark miokard, angina pektoris, serta gagal jantung

 

Konseling dan edukasi

1.    Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.

2.    Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.

3.    Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada gejala.

4.    Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.

 

Kriteria Rujukan

1. Hipertensi dengan komplikasi

2. Resistensi hipertensi

3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole>180)

F. Diagram Alir

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

 Ruang Pemeriksaan Umum

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J.Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...