42 Dinkes Kab Defgh |
HIPERTENSI
ESENSIAL |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih
banyak pasien yang belum mendapat pengobatan, maupun yang
telah mendapat terapi
tetapi target tekanan
darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi
yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. |
|||||||||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
hipertensi esensial |
|||||||||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
|||||||||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
|||||||||||||||
E. Prosedur |
Anamnesis Keluhan Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala.
Keluhan hipertensi antara lain: 1. Sakit atau nyeri kepala 2. Gelisah 3. Jantung berdebar-debar 4. Pusing 5. Leher kaku 6. Penglihatan kabur 7. Rasa sakit di dada Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan
impotensi. Faktor Risiko Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular
dalam keluarga. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: 1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan) 2. Konsumsi alkohol berlebihan 3. Aktivitas fisik kurang 4. Kebiasaan merokok 5. Obesitas 6. Dislipidemia 7. Diabetus Melitus 8. Psikososial dan stres Pemeriksaan Fisik 1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat
bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain. 2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII. 3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa
status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas
jantung, dan ronki). Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Penatalaksanaan Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis. 1. Hipertensi
tanpa compelling indication a. Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT
12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5- 50
mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi. b. Hipertensi stage2 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi
selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan
diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau
penghambat kalsium. c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat
hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari Bila
target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat
lain sampai target tekanan darah tercapai 2. Kondisi khusus lain a. Lanjut
Usia i.Diuretik
(tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari. ii.Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit
penyerta. b. Kehamilan i. Golongan metildopa, penyekat
reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator. ii. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak
boleh digunakan selama kehamilan. Komplikasi 1. Hipertrofi ventrikel kiri 2. Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal 3. Aterosklerosis pembuluh darah 4. Retinopati 5. Stroke atau TIA 6. Gangguan jantung, misalnya infark miokard, angina
pektoris, serta gagal jantung Konseling dan edukasi 1. Edukasi
tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus
diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan
berapa kali minum sehari. 2. Pemberian
obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol pengobatan
dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.
3. Penjelasan
penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan
obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada
gejala. 4. Individu
dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula
darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi
hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali. Kriteria Rujukan 1. Hipertensi dengan komplikasi 2. Resistensi hipertensi 3.
Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole>180) |
|||||||||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
|||||||||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji
Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia |
|||||||||||||||
H. Unit terkait |
Ruang
Pemeriksaan Umum |
|||||||||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
|||||||||||||||
J.Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment