32 Dinkes Kab Defgh |
EPISTAKSIS |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2018 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Epistaksis adalah
perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang berasal dari rongga hidung
atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu
kelainan. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaanpasien dengan
epistaksis |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
a.
Peralatan dan Bahan Medis Habis Pakai 1)
Lampu kepala 2)
Spekulum hidung 3)
Alat penghisap (suction) 4)
Pinset bayonet 5)
Tampon anterior, Tampon posterior 6)
Kaca rinoskopi posterior 7)
Kapas dan kain kassa 8)
Lidi kapas 9)
Nelaton kateter 10) Benang
kasur 11) Larutan
Adrenalin 1/1000 12) Larutan
Pantokain 2% atau Lidokain 2% 13) Larutan
Nitras Argenti 15 – 25% 14) Salep
vaselin, Salep antibiotik
1) Melakukan Anamnesa terhadap pasien 2) Menanyakan Keluhan Pasien a. Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah
dari hidung. b. Harus ditanyakan secara spesifik mengenai : a) Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau ke
tenggorok) b) Banyaknya perdarahan c) Frekuensi d) Lamanya perdarahan
1) Rinoskopi anterior Pemeriksaan harus
dilakukan secara berurutan dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa
hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konka inferior harus
diperiksa dengan cermat untuk mengetahui sumber perdarahan. 2) Rinoskopi posterior Pemeriksaan nasofaring
dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan epistaksis berulang
untuk menyingkirkan neoplasma. 3) Pengukuran tekanan darah Tekanan darah perlu
diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi dapat
menyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan sering berulang. Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis,
yaitu : 1. Menghentikan perdarahan 2. Mencegah komplikasi 3. Mencegah berulangnya epistaksis Penatalaksanaan 1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita
diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau
keadaaan syok, pasien bisa berbaring dengan kepala dimiringkan. 2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis
ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala
ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit
(metode Trotter). 3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung
dibuka dan dengan alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran
dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku. 4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas
yang dibasahi ke dalam hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc
larutan Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh
darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk mencari sumber
perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan
dilakukan evaluasi. 5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan
dapat dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi
larutan Nitras Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area
tersebut diberi salep antibiotik. 6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih
terus berlangsung, diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau
kain kasa yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika.
Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita
dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai
ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal
perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x 24 jam. Selama 2 hari dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mencari faktor penyebab Rencana Tindak Lanjut Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah
selanjutnya adalah mencari sumber perdarahan atau penyebab epistaksis. Konseling dan Edukasi Memberitahu pasien dan keluarga untuk: 1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal
ini merupakan gejala suatu penyakit, sehingga dapat mencegah timbulnya
kembali epistaksis. 2. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan
hipertensi. 3. Menghindari membuang lendir melalui hidung
terlalu keras. 4. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam
hidung, termasuk jari sehingga dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada
pasien anak. 5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat
meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen. Pemeriksaan penunjang lanjutan Pemeriksaan radiologi: Foto sinus paranasal bila
dicurigai sinusitis. Kriteria Rujukan 1. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan
modalitas yang tidak tersedia di layanan Tingkat Pertama, misalnya
naso-endoskopi. 2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor
di rongga hidung atau nasofaring. 3. Epistaksis yang terus berulang atau masif |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji Ulang Untuk
Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang Pemeriksaan Umum. |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J. Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment