49 Dinkes Kab Defgh |
REFLUKS
GASTROESOFAGUS |
Puskesmas Abcde |
|||
SOP |
Nomor |
: |
|||
Terbit ke |
: 01 |
||||
No.Revisi |
: 00 |
||||
Tgl.Diberlakukan |
: 2-01-2023 |
||||
Halaman |
: 1 / 2 |
||||
Ditetapkan
Kepala Puskesmas Abcde |
|
Kapus NIP. nipkapus |
|||
A. Pengertian |
Refluks Gastroesofagus atau Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD) adalah mekanisme refluks melalui sfingter esofagus. |
||||||||
B. Tujuan |
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien dengan
refluks gastroesofagus |
||||||||
C. Kebijakan |
SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas Abcde |
||||||||
D. Referensi |
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama |
||||||||
E. Prosedur |
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau
epigastrik dan dapat menjalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam
di mulut. Hal ini terjadi terutama setelah makan dengan
volume besar dan berlemak. Keluhan ini diperberat dengan posisi berbaring
terlentang. Keluhan ini juga dapat timbul oleh karena makanan berupa saos
tomat, peppermint, coklat, kopi, dan alkohol. Keluhan sering muncul pada
malam hari. Faktor risiko Usia > 40 tahun, obesitas, kehamilan,
merokok, konsumsi kopi, alkohol, coklat, makan berlemak, beberapa obat di
antaranya nitrat, teofilin dan verapamil, pakaian yang ketat, atau pekerja
yang sering mengangkat beban berat. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang
sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD.
Tindakan untuk pemeriksaan adalah dengan pengisian kuesioner GERD. Bila
hasilnya positif, maka dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump
Inhibitor). Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
yang cermat. Kemudian untuk di fasilitas pelayanan tingkat pertama, pasien
diterapi dengan PPI test, bila memberikan respon positif terhadap terapi, maka diagnosis
definitif GERD dapat disimpulkan. Standar
baku untuk diagnosis
definitif GERD adalah
dengan endoskopi saluran cerna bagian atas yaitu ditemukannya mucosal break di
esophagus namun tindakan ini hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis yang
memiliki kompetensi tersebut. Diagnosis Banding Angina
pektoris, Akhalasia, Dispepsia, Ulkus
peptik, Ulkus duodenum,
Pankreatitis Komplikasi Esofagitis,
Ulkus esophagus, Perdarahan
esofagus, Striktur esophagus,
Barret’s esophagus, Adenokarsinoma, Batuk dan asma, Inflamasi faring dan
laring, Aspirasi paru. Penatalaksanaan komprehensif (Plan) Penatalaksanaan 1.
Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberikan Proton Pump Inhibitor
(PPI) dosis tinggi selama 7-14
hari.Bila terdapat perbaikan gejala yang signifikan (50-75%) maka diagnosis
dapat ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis tinggi berupa omeprazol 2 x 20 mg/hari dan lansoprazol 2 x 30 mg/hari. 2.
Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4
minggu dan boleh
ditambah dengan prokinetik seperti domperidon 3 x 10 mg. 3. Pada
kondisi tidak tersedianya PPI, maka penggunaan H2 Blocker 2 x / hari: simetidin 400-800 mg atau ranitidin 150 mg atau famotidin 20 mg. ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA PELAYANAN
KESEHATAN LINI PERTAMA Gambar 3.1 Algoritme tatalaksana GERD (Refluks
esofageal) Pemeriksaan penunjang dilakukan pada fasilitas
layanan sekunder (rujukan) untuk endoskopi dan bila perlu
biopsi Konseling dan Edukasi Edukasi untuk melakukan modifikasi gaya hidup
yaitu dengan mengurangi berat badan, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi zat
yang mengiritasi lambung seperti kafein, aspirin, dan alkohol. Posisi
tidur sebaiknya dengan
kepala yang lebih
tinggi. Tidur minimal setelah 2 sampai 4 jam setelah
makanan, makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan yang berlemak. Kriteria Rujukan 1.
Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil 2.
Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali 3.
Adanya alarm symptom: a.
Berat badan menurun b.
Hematemesis melena c.
Disfagia (sulit menelan) d.
Odinofagia (sakit menelan) e.
Anemia Peralatan Kuesioner GERD Prognosis Prognosis
umumnya bonam tetapi
sangat tergantung dari
kondisi pasien saat datang dan pengobatannya. |
||||||||
F. Diagram Alir |
Memberikan
tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan menulis hasil
anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic menegakan
diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan melakukan
vital sign dan pemeriksaan fisik Melakukan anamnesis pada pasien menulis
diagnose pasien ke buku register. |
||||||||
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan |
Kaji
Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia |
||||||||
H. Unit terkait |
Ruang
Pemeriksaan Umum |
||||||||
I. Dokumen terkait |
Rekam Medis Catatan tindakan |
||||||||
J.Rekaman historis perubahan |
|
G. Rekaman Historis:
No |
Halaman |
Yang dirubah |
Perubahan |
Diberlakukan Tanggal |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment