Sabtu, 17 Juni 2023

GASTROENTERITIS

 

48

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

GASTROENTERITIS

(TERMASUK KOLERA, GIARDIASIS)

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2018

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. WHO (World Health Organization) mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten adalah episode diare yang diperkirakan penyebabnya adalah infeksi dan mulainya sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi dan berisiko tinggi menyebabkan kematian.

Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Diare merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada anak di bawah umur lima tahun di seluruh dunia, yaitu mencapai 1 milyar kesakitan dan 3 juta kematian per tahun. Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan atau alergi makanan dan psikologis penderita.

Infeksi yang menyebabkan GE akibat Entamoeba histolytica disebut disentri, bila disebabkan oleh Giardia lamblia disebut giardiasis, sedangkan bila disebabkan oleh Vibrio cholera disebut kolera.

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien dengan gastroenteritis termasuk kolera dan giardiasis

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Anamnesis (Subjective)

 

Keluhan

Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus.

Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat terjadi infeksi.

Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari sumber yang kurang higienenya, GE dapat disebabkan oleh infeksi. Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare, riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi), konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida, magnesium sitrat, obat jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika (furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat), insektisida, kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan obat-obat diet perlu diketahui.

Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam tifoid perlu diidentifikasi.

 

Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala diare:

 

1. Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare berlangsung, kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau anak-anak) untuk mengetahui, apakah termasuk diare kongenital atau didapat, frekuensi BAB, konsistensi dari feses, ada tidaknya darah dalam tinja

2. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare

3. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal tumbuh.

4. Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan anak merupakan risiko untuk diare infeksi.

 

Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)

1.    Pemeriksaan Fisik : berat badan, suhu tubuh,frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah

2.    Menentukan derajat  dehidrasi

 

Pada dewasa

 Pada Anak-anak

 

Penegakan Diagnosis (Assessment)

 

Diagnosis Klinis

 

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). Untuk diagnosis defenitif dilakukan pemeriksaan penunjang.

 

Diagnosis Banding

Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis pseudomembran

 

Komplikasi

Syok hipovolemik

 

Penatalaksanaan komprehensif (Plan)

DEWASA

1. Memberikan cairan dan diet adekuat

a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi.

b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.

c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna.

 

2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.

Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau antijamur tergantung penyebabnya.

Obat antidiare, antara lain:

1. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium.

2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus dihentikan apabila diare semakin berat walaupun diberikan terapi.

3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais, seperti HIV, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.

4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop.

5. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril 3x1

 

Antimikroba, antara lain:

1. Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5- 7 hari, atau

2. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari.

3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, Metronidazol dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.

4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi.

 

Bila Terjadi dehidrasi sedang dan dehidrasi berat

 

1.Menentukan jenis cairan yang akan digunakan

 

Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena.

 

2.Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan

 

Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kgBB X 1 liter

                                   15

 

3.Menentukan jadwal pemberian cairan:

 

a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan  skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

 

b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atauskor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.

 

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss.

 

Kondisi yang memerlukan evaluasi atau rujukan lebih lanjut pada diare apabila ditemukan:

 

1. Diare memburuk /memberat atau diare menetap setelah 7 hari,

2. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38,5oC, nyeri abdomen yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun

3. Pasien usia lanjut

4. Muntah yang persisten

5. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable

6. Terjadinya outbreak pada komunitas

7. Pada pasien yang immunokompromais.

 

ANAK

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.

 

Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

 

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti larutan air garam. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun: ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret (50– 100 ml)

Umur 1 – 4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak mencret (100–200 ml)

Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali anak mencret (200– 300 ml)

 

 

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

 

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

 

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk diinfus.

 

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

• Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.

• Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

 

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

 

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan

tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang

masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum

susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia

6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna

dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare

berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu

untuk membantu pemulihan beratbadan.

 

4. Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena Shigellosis) dan suspek kolera

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia)

 

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

 

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila

• Diare lebih sering

• Muntah berulang

• Sangat haus

• Makan/minum sedikit

• Timbul demam

• Tinja berdarah

• Tidak membaik dalam 3 hari.

 

Konseling dan Edukasi

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Departemen

Kesehatan RI (2006) adalah sebagai berikut:

 

1. Pemberian ASI

2. Pemberian makanan pendamping ASI

3. Menggunakan air bersih yang cukup

4. Mencuci tangan

5. Menggunakan jamban

6. Membuang tinja bayi dengan benar

7. Pemberian imunisasi campak

 

Kriteria Rujukan

1. Anak diare dengan dehidrasi berat dan tidak ada fasilitas rawat inap dan pemasangan intravena.

2. Jika rehidrasi tidak dapat dilakukan atau tercapai dalam 3 jam pertama penanganan.

3. Anak dengan diare persisten

4. Anak dengan syok hipovolemik

 

Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam.

F. Diagram Alir

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

 Ruang Pemeriksaan Umum

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J.Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar