Friday, June 16, 2023

PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI

 

64

 

 

 

 

 

Dinkes Kab Defgh

PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI

 

 

 

 

 

 

Puskesmas Abcde

 

SOP

Nomor

:

Terbit ke

: 01

No.Revisi

: 00

Tgl.Diberlakukan

: 2-01-2023

Halaman

: 1 / 2

Ditetapkan Kepala  Puskesmas Abcde

 

 

Kapus

NIP. nipkapus

 

A. Pengertian

Pielonefritis akut (PNA) tanpa komplikasi adalah peradangan parenkim dan pelvis ginjal yang berlangsung akut. Tidak ditemukan data yang akurat mengenai tingkat insidens PNA nonkomplikata di Indonesia. Pielonefritis akut nonkomplikata jauh lebih jarang dibandingkan sistitis (diperkirakan 1 kasus pielonefritis berbanding28 kasus sistitis).

B. Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan pasien dengan pielonefritis tanpa komplikasi

C. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde

D. Referensi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 / MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

E. Prosedur

Hasil Anamnesis (Subjective)

 

Keluhan

1.    Onset penyakit akut dan timbulnya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari

2.    Demam dan menggigil

3.    Nyeri pinggang, unilateral atau bilateral

4.    Sering disertai gejala sistitis, berupa: frekuensi, nokturia, disuria, urgensi, dan nyeri suprapubik

5.    Kadang disertai pula dengan gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, diare, atau nyeri perut

 

Faktor Risiko

Faktor risiko PNA serupa dengan faktor risiko penyakit infeksi saluran kemih lainnya, yaitu:

1.    Lebih sering terjadi pada wanita usia subur

2.    Sangat  jarang  terjadi  pada  pria  berusia  <50  tahun,  kecuali homoseksual

3.    Koitus per rektal

4.    HIV/AIDS

5.    Adanya  penyakit  obstruktif  urologi  yang  mendasari  misalnya tumor, striktur, batu saluran kemih, dan pembesaran prostat

6.    Pada anak-anakdapat terjadi bila terdapat refluks vesikoureteral

 

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Tampilan klinis tiap pasien dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga  menunjukkan  tanda  dan  gejala  menyerupai  sepsis. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda di bawah ini:

1.  Demam dengan suhu biasanya mencapai >38,5oC

2.  Takikardi

3.  Nyeri ketok pada sudut kostovertebra, unilateral atau bilateral

4.  Ginjal seringkali tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme otot

5.  Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubik

6.  Distensi abdomen dan bising usus menurun (ileus paralitik)

 

Pemeriksaan Penunjang Sederhana

1.  Urinalisis

Urin porsi tengah (mid-stream urine) diambil untuk dilakukan pemeriksaan dip-stick dan mikroskopik. Temuan yang mengarahkan kepada PNA adalah:

a. Piuria,  yaitu  jumlah  leukosit  lebih  dari  5    10  /  lapang pandang besar (LPB) pada pemeriksaan mikroskopik tanpa / dengan pewarnaan Gram, atau leukosit esterase (LE) yang positif pada pemeriksaan dengan dip-stick.

b.  Silinder leukosit, yang merupakan tanda patognomonik dari

PNA, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram.

c. Hematuria, yang umumnya mikroskopik, namun dapat pula gross. Hematuria biasanya muncul pada fase akut dari PNA. Bila hematuria terus terjadi walaupun infeksi telah tertangani, perlu dipikirkan penyakit lain, seperti batu saluran kemih, tumor, atau tuberkulosis.

d.  Bakteriuria bermakna, yaitu > 104  koloni/ml, yang nampak lewat pemeriksaan mikroskopik tanpa /dengan pewarnaan Gram.  Bakteriuria  juga  dapat  dideteksi  lewat  adanya  nitrit pada pemeriksaan dengan dip-stick.

2.  Kultur urin dan tes sentifitas-resistensi antibiotik

Pemeriksaan ini dilakukan  untuk mengetahui etiologi dan sebagai pedoman   pemberian   antibiotik   dan   dilakukan   di   fasilitas pelayanan kesehatan rujukan lanjutan.

3.  Darah perifer dan hitung jenis

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya leukositosis dengan predominansi neutrofil.

4.  Kultur darah

Bakteremia terjadi pada sekitar 33% kasus, sehingga pada kondisi tertentu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan.

5.  Foto polos abdomen (BNO)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan adanya obstruksi atau batu di saluran kemih.

 

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis  ditegakkan  melalui  anamnesis,  pemeriksaan  fisik,  dan pemeriksaan penunjang sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

 

Diagnosis banding:

Uretritis akut, Sistitis akut, Akut abdomen, Appendisitis, Prostatitis bakterial akut, Servisitis, Endometritis, Pelvic inflammatory disease

 

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

1.  Non-medikamentosa

a.  Identifikasi dan meminimalkan faktor risiko b.  Tatalaksana kelainan obstruktif yang ada

c.  Menjaga kecukupan hidrasi

2.  Medikamentosa

a.  Antibiotika empiris

 

Antibiotika parenteral:

Pilihan antibiotik parenteral untuk pielonefritis akut nonkomplikata antara lain ceftriaxone, cefepime, dan fluorokuinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin). Jika dicurigai infeksi enterococci berdasarkan pewarnaan Gram yang menunjukkan basil Gram positif, maka ampisillin yang dikombinasi dengan Gentamisin, Ampicillin Sulbaktam, dan Piperacillin Tazobactam merupakan pilihan empiris spektrum luas  yang  baik.Terapi  antibiotika  parenteral  pada  pasien dengan pielonefritis akut nonkomplikata dapat diganti dengan obat oral setelah 24-48 jam, walaupun dapat diperpanjang  jika gejala menetap.

 

Antibiotika oral:

Antibiotik oral empirik awal untuk pasien rawat jalan adalah fluorokuinolon  untuk  basil  Gram  negatif.  Untuk  dugaan penyebab      lainnya      dapat      digunakan      Trimetoprim- sulfametoxazole. Jika dicurigai enterococcus, dapat diberikan Amoxicilin     sampai     didapatkan     organisme     penyebab. Sefalosporin generasi kedua atau ketiga juga efektif, walaupun data yang mendukung masih sedikit. Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata  dapat  diberikan  selama  7  hari  untuk  gejala klinis  yang  ringan  dan  sedang  dengan  respons  terapi  yang baik. Pada kasus yang menetap atau berulang, kultur harus dilakukan. Infeksi berulang ataupun menetap diobati dengan antibiotik yang terbukti sensitif selama 7 sampai 14 hari. Penggunaan antibiotik selanjutnya dapat disesuaikan dengan hasil tes sensitifitas dan  resistensi.

 

b.  Simtomatik

Obat simtomatik dapat diberikan sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien, misalnya: analgetik-antipiretik, dan anti- emetik.

 

Konseling dan Edukasi

1.    Dokter perlu menjelaskan mengenai penyakit, faktor risiko, dan cara-cara pencegahan berulangnya PNA.

2.    Pasien   seksual   aktif   dianjurkan   untuk   berkemih   dan membersihkan organ kelamin segera setelah koitus.

3.    Pada pasien yang gelisah, dokter dapat memberikan assurance bahwa PNA non-komplikata dapat ditangani sepenuhnya dgn antibiotik yang tepat.

 

Rencana Tindak Lanjut

1.    Apabila respons klinik buruk setelah 48 – 72 jam terapi, dilakukan re-evaluasi   adanya   faktor-faktor   pencetus   komplikasi   dan efektifitas obat.

2.    Urinalisis  dengan  dip-stick  urin  dilakukan  pasca  pengobatan untuk menilai kondisi bebas infeksi.

 

Kriteria Rujukan

Dokter   di   fasilitas  pelayanan   kesehatan  tingkat  pertama  perlu merujuk ke layanan tingkat lanjutan pada kondisi-kondisi berikut:

1.    Ditemukan tanda-tanda urosepsis pada pasien.

2.    Pasien   tidak   menunjukkan   respons   yang   positif   terhadap pengobatan yang diberikan.

3.    Terdapat  kecurigaan  adanya  penyakit  urologi  yang  mendasari, misalnya: batu saluran kemih, striktur, atau tumor.

 

Peralatan

1.  Pot urin

2.  Urine dip-stick

3.  Mikroskop

4.  Object glass, cover glass

5.  Pewarna Gram

 

Prognosis

1. Ad vitam  : Bonam

2. Ad functionam    : Bonam

3. Ad sanationam    : Bonam

F. Diagram Alir

Memberikan tata laksana pada pasien sesuai hasil pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic

 

menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan

melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik

Melakukan anamnesis pada pasien

 

 


menulis diagnose pasien ke buku register.

 

 

 


G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia

H. Unit terkait

 Ruang Pemeriksaan Umum

I. Dokumen terkait

Rekam Medis

Catatan tindakan

J.Rekaman historis  perubahan

No

Yang diubah

Isi Perubahan

Tanggal mulai diberlakukan

 

 

 

 

 

 

 

G. Rekaman Historis:

No

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan Tanggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

accreditation of primary health facilities

CHAPTER 1 Leadership and Management of Community Health Centers; CHAPTER 2 Implementation of Public Health Efforts Oriented to Promotive an...